Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memprioritaskan percepatan pembangunan industri petrokimia di dalam negeri pada tahun 2017, karena sektor strategis ini berperan penting sebagai pemasok bahan baku bagi banyak manufaktur hilir seperti industri plastik, tekstil, cat, kosmetika hingga farmasi.
"Untuk itu, kami mendorong investasi industri petrokimia agar bisa terealisasi tahun ini. Apalagi, pabrik petrokimia terakhir dibangun pada tahun 1998," kata Airlangga melalui siaran pers di Jakarta, Jumat.
Airlangga menyebutkan, ada beberapa perusahaan petrokimia yang telah melaporkan kepada dirinya akan segera menanamkan modalnya di Indonesia dalam upaya menambah kapasitas dan membangun pabrik baru.
"Ekspansi ini bertujuan memenuhi kebutuhan bahan baku kimia berbasis nafta cracker di dalam negeri sehingga nanti kita tidak perlu lagi impor," tegasnya.
Misalnya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. selaku industri nasional, akan menggelontorkan dana sebesar 6 miliar dolar AS atau sekitar Rp80 triliun sampai tahun 2021 dalam rangka peningkatan kapasitas produksi.
Tahun ini, perseroan akan berinvestasi sebesar 150 juta dolar AS untuk menambah kapasitas butadiene sebanyak 50 ribu ton per tahun dan polietilene 400 ribu ton per tahun.
Kemudian, industri petrokimia asal Korea Selatan, Lotte Chemical Titan akan merealisasikan investasinya sebesar 3-4 miliar dolar AS atau sekitar Rp52-53 triliun untuk memproduksi nafta cracker dengan total kapasitas sebanyak 2 juta ton per tahun.
Bahan baku kimia tersebut diperlukan untuk menghasilkan ethylene, propylene dan produk turunan lainnya.
Pada kuartal pertama tahun 2017, nilai investasi sektor IKTA mencapai Rp22,17 triliun. Sedangkan, sasaran untuk total nilai investasi tahun 2017 sebesar Rp152 triliun.
Realisasi investasi sektor IKTA tahun 2016 mencapai Rp122,5 triliun dengan kontribusi sekitar 37,24 persen terhadap pertumbuhan industri pengolahan non-migas nasional.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017