Jakarta (ANTARA News) - Tak mudah bagi Wimboh Santoso untuk melenggang menuju singgasana puncak kursi pimpinan Otoritas Jasa Keuangan 2017-2022, mengalahkan pesaingnya Sigit Pramono.
Dalam sesi terakhir yakni uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) di Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, para anggota dewan mencecar Wimboh; dari janji untuk meningkatkan kontribusi industri keuangan demi pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan, hubungannya dengan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), serta dugaan keterlibatannya di kasus Bank Century.
Para anggota Dewan menganggap sesi presentasi Wimboh dan pesaingnya, Sigit, adalah "babak final" yang menentukan masa depan OJK. OJK dianggap sebagai organisasi "baru lahir" namun menentukan masa depan industri jasa keuangan nasional yang beraset lebih dari Rp18 ribu triliun.
Pesaing Wimboh juga bukan sosok yang sembarangan, yakni Sigit Pramono, mantan bankir berpengalaman yang memiliki portofolio 35 tahun berkarir di industri perbankan. Sepuluh tahun di antaranya dijalani Sigit sebagai Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) yang meneguhkan karakter Sigit kepada masyarakat sebagai sosok cerdas dan luwes, terutama dengan berbagai kritiknya.
Bisa dikatakan, Senin (5/6) siang di Komisi XI DPR Senayan adalah titik klimaks dari rangkaian seleksi DK OJK yang telah berjalan selama enam bulan sejak Januari 2017.
Waktu yang dialokasikan oleh anggota dewan untuk menguji Wimboh dan Sigit Pramono molor dari masing-masing selama 1,5 jam, menjadi masing-masing 2,5 jam.
"Anda-anda yang tampil di sini adalah peserta babak final. Selamat sudah menyisihkan ratusan orang, tapi Anda juga harus siap-siap," kata Anggota Komisi XI DPR Achmad Hatari.
Begitu mudah membedakan Wimboh dan Sigit dalam babak final kali itu. Wimboh yang menghabiskan karir 29 tahun sebagai birokrat di Bank Indonesia, tampil dengan penuh karakter begawan ekonomi yang paparannya selalu dipenuhi konsep dan teori-teori ekonomi paripurna.
Sedangkan Sigit sebagai mantan bankir profesional, dia langsung menggagas sejumlah ide konkret, di antaranya seperti penambahan kredit infrastruktur dan juga merger bank BUMN.
"Wimboh memang penjelasannya lebih di makroprudensial dan pengalaman internasional. Sedangkan Sigit ada pengalaman yang sangat luas di mikroprudensial," kata Anggota Komisi XI DPR Johnny G. Plate.
Namun perbedaan gaya dan substansi Wimboh-Sigit itu pula yang tampaknya menjadi kunci utama menentukan siapa pemenang dalam babak final tersebut.
Pada Kamis (8/6) malam, 50 dari 55 anggota Komisi XI DPR menjatuhkan pilihannya pada Wimboh. Sigit meraih empat suara, kalah jauh 46 suara dari Wimboh.
Menurut Ketua Komisi XI DPR Melchias Marcus Mekeng, para anggota Komisi XI sangat berharap dengan janji Wimboh untuk mentransformasi OJK agar lebih membumi dan mampu meningkatkan kontribusi industri jasa keuangan ke pertumbuhan ekonomi daerah, terutama daerah terpencil.
"Wimboh harus bisa membawa OJK untuk membangun ekonomi perbatasan seperti Nawa Cita Presiden," ujar Mekeng.
Jika menelisik paparan Wimboh saat uji kelayakan, ada satu "gimmick" yang selalu dilontarkan Komisaris Utama PT. Bank Mandiri Persero Tbk itu, yakni gagasan-gagasan yang selalu berakar dari konsep stabilitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi berkeadilan.
Wimboh mempresentasikan makalah bertema "Stabilitas Sistem Keuangan menuju Pembangunan Berkeadilan" dengan empat poin utama yakni poin pertama stabilitas sistem keuangan dan upaya meredam potensi risiko sistemik.
Poin kedua, tantangan sektor jasa keuangan. Poin ketiga, sinergi antara OJK, Bank Indonesia dan pemerintah. Keempat edukasi literasi keuangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di tubuh regulator jasa keuangan tersebut.
Wimboh juga menjelaskan tantangan industri keuangan dalam konteks pembangunan perekonomian saat ini, adalah masih terpusatnya kantong pertumbuhan ekonomi di kota besar dan juga di Pulau Jawa.
"Di luar Jawa itu sangat rendah, kita sudah identifikasi target pembangunan dan arah kebijakan, stimulasi pertumbuhan ekonomi di sana sehingga pembangunan berkesinambungan terjaga," ujarnya.
Gaya Wimboh yang lebih menitikberatkan kepada kondisi makroprudensial, dengan orientasi stabilitas dan pemerataan manfaat ekonomi ke seluruh lapisan masyarakat, mirip dengan konsep pembangunan Nawa Cita Presiden Joko Widodo. Entah ini strategi Wimboh untuk mencuri hati anggota dewan ataukah memang ini murni konsep kepemimpinannya yang akan diusung di OJK.
Untuk menuju pembangunan ekonomi yang berkeadilan, lanjut Wimboh, dibutuhkan stabilitas ekonomi yang terjaga. Stabilitas juga dipertahankan dengan meningkatkan pengawasan dan peringatan secara dini akan potensi krisis.
Wimboh menekankan upaya memperkuat stabilitas itu dengan meningkatkan sinergi dengan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah. Saat ini, OJK sudah tergabung dengan BI, pemerintah dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Murni Pilihan Anggota
Disinggung mengenai menang telaknya Wimboh atas Sigit, Mekeng menilai hal itu murni karena pilihan masing-masing anggota Komisi XI. Mekeng menampik kemenangan Wimboh sudah dapat diprediksi sejak awal.
"Itu murni pilihan masing-masing anggota. Di antaranya, karena pengalaman Wimboh di ekonomi internasional," ujar politisi Partai Golkar itu.
Di poin keempat gagasannya untuk mentransformasi OJK, Wimboh berjanji akan mengoptimalisasi sumber daya manusia (SDM) yang ada di OJK. Wimboh menilai, SDM yang ada saat ini belum memiliki kemampuan lintas sektoral. Akibatnya, persetujuan perizinan di industri jasa keuangan dilakukan sendiri-sendiri.
Wimboh juga akan meningkatkan kapasitas teknologi informasi untuk meningkatkan tata kelola OJK. "Sistem e-procurement yang diberlakukan bisa meningkatkan tata kelola dan juga efisiensi di tubuh OJK," papar dia.
Selanjutnya, Wimboh akan meningkatkan peran pengawasan OJK yang berada di daerah. Perwakilan OJK di daerah nantinya tidak perlu berlama-lama mengambil keputusan, karena menunggu izin resmi dari OJK pusat di Jakarta.
"Kalau ada otonomi OJK di daerah, pengambilan keputusan di daerah tidak perlu menunggu fatwa dari Jakarta," kata dia.
Dalam kepemimpinannya di OJK pada 2017-2022, Wimboh setidaknya akan dibantu dua mantan koleganya yang masih menjadi bankir Bank Sentral, yakni dua anggota DK OJK terpilih yaitu Tirta Segara dan Ahmad Hidayat.
Empat nama lainnya yang juga berhasil menyabet kursi anggota DK OJK adalah dari kalangan profesional, Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Riswinandi, dari regulator Direktur PT Bursa Efek Indonesia Hosen, dan Nurhaida, serta mantan Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Heru Kristiyana.
Akan Merayu IMF
Ada hal menarik dalam uji kelayakan. Beberapa Anggota dewan sempat mempertanyakan independensi Wimboh dalam kaitannya dengan jabatan yang pernah dia emban sebagai Direktur Eksekutif di IMF.
"Bapak punya koneksi kuat dengan IMF. Kami khawatirkan Bapak akan diintervensi," ujar salah satu Anggota Komisi XI Elviana.
Menjawab pertanyaan itu, Wimboh mengklaim dirinya justeru akan mempengaruhi IMF untuk kepentingan Indonesia.
"Terkait intervensi IMF, saya jawab tidak. Saya di IMF menjual (mempromosikan) Indonesia, saya memperkenalkan Indonesia, dan saya mempengaruhi IMF untuk Indonesia," ungkap Wimboh.
Menurut Wimboh, dirinya juga yang memperjuangkan pertemuan IMF dan Bank Dunia dapat digelar di Indonesia pada 2018.
"Saya akan membawa pengalaman memimpin di IMF saat menakhodai OJK," ujarnya.
Semua teori maupun aplikasi pengalaman tersebut tentu waktu yang akan membuktikan kesempurnaan implementasinya apakah membumi dalam meningkatkan kadar ekonomi bagi kesejahteraan rakyat.
Oleh Indra Arief Pribadi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017