Emir Kuwait adalah utusan baik, tapi kebijakan Qatar belum tentu menyukseskan usahanya."
Dubai (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Bahrain mengatakan menghargai penengahan Kuwait untuk menyelesaikan perselisihan sejumlah negara Arab dengan Qatar, kata harian Arab Saudi, "Makah", pada Rabu, namun semua pilihan terbuka bagi negaranya untuk melindungi diri dari Doha.
Bahrain, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dan beberapa negara lain memutuskan hubungan dengan Doha pada Senin, menuduhnya mendukung pegaris keras dan musuh mereka, Iran. Namun, menurut Qatar, tuduhan itu sama sekali tidak berdasar, lapor Reuters.
Penguasa Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah, melakukan perjalanan dari Uni Emirat Arab ke Qatar pada Rabu setelah berkunjung ke Arab Saudi sehari sebelumnya untuk mengatasi kemelut itu.
Tapi, beberapa tanggapan terkuat terkait upaya itu, yang dikemukakan pejabat tinggi Teluk, Sheikh Khalid bin Ahmed al-Khalifa dari Bahrain, dilaporkan mengatakan kepada surat kabar itu bahwa Bahrain meragukan apakah Qatar akan mengubah perilakunya.
"Emir Kuwait adalah utusan baik, tapi kebijakan Qatar belum tentu menyukseskan usahanya," kata Sheikh Khalid sebagaimana dikutip "Makah".
"Kami tidak akan ragu untuk melindungi kepentingan kami dan pilihan kami terbuka untuk melindungi diri kami dari Qatar. "
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Qatar Syeh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengatakan Qatar tidak siap untuk mengubah kebijakan luar negerinya guna menyelesaikan perselisihan dengan negara lain Teluk Arab dan tak akan pernah berkompromi.
Qatar akan menghormati perjanjian-perjanjian gas LPG yang telah ditandatangani dengan Uni Emirat Arab (UAE) kendati memutuskan hubungan dengan Doha, kata dia.
Menurut dia, Iran telah mengatakan kepada Doha siap membantu menjamin pasokan makanan dan Teheran akan menunjuk tiga dari pelabuhannya ke Qatar tetapi tawaran itu belum diterima.
Pada bagian lainnya, Menlu Qatar menyatakan perselisihan itu mengancam stabilitas keseluruhan kawasan dan menambahkan diplomasi masih dikedepankan oleh Doha dan tidak pernah ada solusi militer untuk mengatasi masalah tersebut.
Ia mengatakan Qatar tidak pernah mengalami sejenis permusuhan itu, bahkan dari satu negara musuh.
Dikatakannya tak ada perubahan dari pengerahan militer Qatar dan belum ada tentara digerakkan.
Ia berbicara setelah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Bahrain dan beberapa negara lainnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Doha pada Senin dan menutup hubungan transportasi.
Qatar menyatakan tuduhan-tuduhan tersebut tak berdasar.
Dari Dubai, Reuters melaporkan Menteri Luar Negeri Bahrain Syeh Khalid bin Ahmed al-Khalifa yang tetap menekan Qatar mengulangi lagi pada Kamis sebuah tuntutan bahwa Doha agar menjaga jarak dari Iran dan menghentikan dukungan bagi "organisasi teroris".
Dalam wawancara disiarkan surat kabar "Asharq al-Awsat", yang terbit di Saudi, Syeh Khalid mengatakan bahwa yang diajukan keempat negara itu untuk penyelesaian kemelut tersebut "sudah jelas seperti kristal".
(Uu.G003/B002)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017