Jerusalem (ANTARA News)- PM Israel Ehud Olmert, Minggu, memperingatkan bahwa Israel bisa melancarkan serangan militer yang lebih keras di Gaza jika serangan roket pejuang Palestina tidak berhenti, tapi satu serangan darat besar-besaran agaknya tidak mungkin.
"Selama usaha-usaha yang kita lakukan di jalur diplomatik serta front militer tidak membawa ketenangan seperti yang diinginkan, kita terpaksa akan memperkeras aksi kita," katanya dalam sidang kabinet mingguan.
Israel menggempur sasaran-sarsaran para pejuang Palestina , sebagian besar kelompok Hamas, selama lima hari dalam serangan-seranagan udara di Gaza untuk menanggapi serangan-serangan roket para pejuang ke wilayahnya.
Serangan udara Israel di Gaza, Minggu menewaskan tiga anggota Hamas, kata Menteri Pertahanan Amir Peretz.
Serangan-serangan itu, yang dilakukan pada saat kontak senjata seru antara Hamas dan seterunya faksi Fatah, sejauh ini menewaskan empat warga sipil dan 19 anggota Hamas.
"Para anggota Hamas akan membayar dan akan terus membayar harga personil yang sangat berat karena melancarkan serangan terhadap Sderot dan desa-desa terdekat," kata Olmert, mengacu pada kota selatan yang dihantam serangan roket.
Tapi Olmert, Menteri Pertahanan Amir Peretz dan panglima angkatan darat Gabi Ashkenazi tetap menentang serangan darat besar-besaran , kata radio militer menjelang sidang kabinet keamanan mengenai opsi-opsi militer.
Sejumlah anggota kabinet mengatakan mereka juga menolak aksi seperti itu di Gaza, yang Israel tinggalkan sejak tahun 2005 setelah 38 tahun mendudukinya.
Serangan darat terbaru Israel di Gaza, mulai akhir Juni sampai Nopember , menewaskan sekitar 400 orang Palestina. Serangan itu dilakukan setelah tiga kelompok pejuang menangkap seorang tentara Israel dalam serangan lintas perbatasan akhir Juni , tapi gagal menghentikan tembakan roket.
Sejumlah menteri Israel, Minggu mengatakan tentara harus mengincer para pemimpin politik Hamas serta para komandan milternya dalam serangan-serangan mereka.
Para pejuang Gaza menembakkan lebih dari 50 roket ke Israel dalam minggu belakangan ini, mencederai tujuh warga sipil dan menyebabkan ratusan orang mengungsi dari Sderot, di mana sekolah-sekolah tutup dan sirene-sirene berbunyi beberapa kali dalam sehari, yang menyebabkan penduduk lari ke tempat-tempat perlindungan.
Bentrokan berdarah antara Hamas dan Fatah menewaskan sedikitnya 50 orang sejak meletus sepekan lalu , enam orang di antaranya adalah warga sipil dan sebagian besar para pendukung Fatah, demikian AFP.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007