Bandarlampung (ANTARA News) - Presiden RI periode 1999-2001, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang juga Ketua Dewan Syura Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam dialog di Kota Bandarlampung, Minggu, menyatakan bahwa sikapnya yang tidak mengritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bukan berarti membiarkan saja. Menjawab peserta dialog yang dihadiri ribuan massa di lapangan parkir Gelanggang Olah Raga (GOR) Saburai, Enggal Kota Bandarlampung, Gus Dur menegaskan bahwa dirinya bukannya tidak mendukung kepemimpinan Presiden Yudhoyono, tetapi tidak mau "berkelahi", karena kalau sampai terjadi seperti itu, maka Bangsa Indonesia bisa hancur. "Jadi, saya harus berhati-hati, tapi walaupun tidak kritis bukan berarti membiarkan saja," ujar Gus Dur pula. Saat berbicara pada Ngaji Masura, Gus Dur, mengingatkan agar PKB tetap berjuang demi menegakkan kebenaran, mengingat kebenaran itu merupakan jalan satu-satunya menuju pada keadilan dan kemakmuran untuk rakyat. "Untuk bisa bicara yang benar, harus dimulai dengan jujur pada diri sendiri," cetus Gus Dur yang didampingi salah seorang putrinya, Yenny Wahid. Menurut Gus Dur, sambil menyampaikan kata maaf, saat ini rakyat cenderung tidak percaya pada pemerintah sehingga bangsa kita berada pada krisis kepercayaan dan krisis amanat. Secara gamblang, ia menggambarkan kondisi kepemimpinan nasional sejak tahun 1940-an menjelang Indonesia Merdeka hingga saat ini, dengan pergantian para pemimpinnya mulai dari kalangan ningrat dan keraton, militer (TNI), kaum profesional maupun pimpinan partai politik. "Tapi, kepemimpinan nasional di tangan kaum profesional itu salah orang yang hanya menginginkan pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan pemerataan untuk seluruh rakyat," kata Gus Dur. Ia menimpali, "Akibatnya, kondisi masyarakat jeblok lagi. Kepemimpinan saat ini dari kalangan partai politik yang juga tidak lebih baik dan masih cenderung berlaku korup." Oleh karena itu, kata Gus Dur, masyarakat juga bertanya-tanya "Kok negara jadi begini ya?" Ngaji Masura bersama Gus Dur itu menurut Ketua DPW PKB Lampung, Musa Zainuddin merupakan puncak acara Pekan Kebangkitan Bangsa yang dirangkaikan dengan pelantikan pengurus PKB se-Provinsi Lampung dan Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) jajaran PKB di Lampung. Hadir dalam Ngaji Masura itu, Sekjen DPP PKB Lukman Edy, yang juga Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, salah satu kyai sepuh di Lampung, KH Ahmad Shodiq, putra sesepuh NU Lampung, Umar Anshori Kusnan, Asisten I Sekdaprov Lampung Irham Djafar Lan Putra, dan para pejabat, tokoh masyarakat maupun tokoh agama di Lampung. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007