Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah 10 poin menjadi Rp13.288 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.278 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Nilai tukar rupiah mengalami tekanan menyusul harga minyak mentah dunia yang mengalami tekanan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, salah satu faktor yang menekan harga minyak mentah dunia itu, yakni kecemasan investor menyusul ketegangan politik antara Arab Saudi dan Qatar, situasi itu dapat merusak upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) untuk memperketat pasar.
"Ketidakpastian politik di Timur Tengah itu membuat pasar khawatir," katanya.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa pelemahan rupiah relatif sementara menyusul indeks manufaktur Indonesia pada Mei masih direspon positif pasar, yakni di posisi 50,6. Angka di atas 50 mengindikasikan masih adanya ekspansi ekonomi Indonesia.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa laporan terbaru Bank Dunia yang menyatakan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju akan meningkat 1,9 persen tahun ini, akan membawa keuntungan pada mitra dagang negara-negaranya.
"Situasi itu dapat memberikan tambahan sentimen positif pada laju sejumlah mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.285 dibandingkan hari sebelumnya (Senin, 5/6) senilai Rp13.287 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017