Mogadishu (ANTARA News) - Pemerintah Somalia menyesalkan pembajakan terhadap beberapa kapal Asia di lepas pantai Tanduk Afrika baru-baru ini oleh orang-orang bersenjata tak dikenal, kata seorang pejabat tinggi Somalia.
Ia mengimbau kepada masyarakat internasional untuk membantu membendung meningkatnya pembajakan di laut itu.
Pemerintah transisi Somalia tidak mempunyai kapal perang, helikopter tempur atau perahu-motor penyelamatan terhadap awak-awak kapal yang diculik, kata Menteri Pelabuhan dan Transportasi Laut Ali Ismael Gir.
"Kami mengimbau negara-negara tetangga, pemerintah China dan Korea Selatan untuk membantu kami menghadapi pembajakan," kata Gir kepada Xinhua melalui telepon dari Baidoa, pangkalan pemerintah federal transisi.
"Pemerintah Somalia tak bisa mengatasi masalah ini sendirian," ujarnya.
Gir mengatakan, dia tidak tahu adanya suatu perjanjian dengan para bajak laut atau suatu jenis tuntutan bagi pembebasan 24 orang yang diculik, yang telah disekap sejak Selasa ketika dua kapal nelayan Korea Selatan dibajak oleh para perompak itu di lepas pantai Somalia. Wilayah tersebut merupakan salah satu dari jalur pelayaran yang paling berbahaya di dunia.
"Saya tidak tahu adanya suatu kontak dengan para pembajak oleh pemerintah atau seseorang yang saya kenal, sebab para perompak itu menguasai kapal-kapal dan awak kapal tersebut jauh di tengah lautan," kata Gir.
Dia mengimbau dibebaskannya para awak kapal itu segera dan tanpa syarat, seraya mengatakan bahwa pemerintah akan segera melakukan kontak dengan pemerintah-pemerintah lain yang kapal dan awaknya ditangkap, dalam rangka mencari cara-cara untuk menjamin mereka dibebaskan dengan selamat.
Menteri mengatakan, hanya ada tiga kapal-motor di wilayah otonomi Puntland, di Somalia timurlaut, namun mereka telah digunakan untuk melindungi kapal-kapal asing yang diculik oleh para pembajak tersebut.
Dia mengatakan, para perompak bukan hanya musuh bagi Somalia, namun juga bagi seluruh dunia, karena itu dunia harus bertindak bersama untuk memecahkan masalah ini.
Dua kapal nelayan Korea Selatan dibajak di lepas pantai Somalia Selasa lalu.
Somalia segera menutup jalur perkapalannya yang gawat yang menghubungkan Laut Merah dengan Samudra Hindia, di mana banyak kapal barang dan penumpang melewati lintasan itu.
Andrew Mwangura, Koordinator Program Bantuan Penumpang Kapal (SAP) yang berkantor pusat di Mombasa, Kenya, mengatakan bahwa kapal-kapal ikan trawler Korea Selatan yang sedang menuju Yaman itu dibajak pada hari Selasa, sekitar 210 mil laut dari ibukota Somalia, Mogadishu.
Sebuah kapal Taiwan juga disita dan disekap bersama dengan kapal Korea Selatan di wilayah Ras Assuad, bagian utara Mogadishu, ujarnya.
Sedikitnya delapan kapal telah dibajak dalam dua bulan belakangan ini, saat badan kelautan global memperingatkan bahwa sepanjang garis pantai negara-negara Tanduk Afrika merupakan salah satu dari jalur pelayaran paling berbahayab di seluruh dunia.
Somalia tidak mempunyai pemerintahan secara efektif sejak 1991. ketika para panglima perang menggulingkan orang kuat militer Mohammed Siad Barre dan kemudian saling menjatuhkan satu sama lain.
Negara yang mempunyai garis pantai sepanjang 3.000 kilometer ini sulit sekali mencegah terjadinya serangan-serangan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007