"Kami tentu akan mendorong semua pihak untuk duduk bersama dan mengatasi perbedaan ini," katanya di Sydney.
"Jika ada peran yang bisa kami mainkan dalam hal membantu mereka mengatasi itu, menurut kami penting bahwa GCC tetap bersatu," ujarnya merujuk pada Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC).
Dalam krisis diplomatik paling serius di kawasan itu selama bertahun-tahun, negara tetangga Qatar, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab serta Mesir mengumumkan bahwa mereka memutuskan hubungan dengan negara kaya gas Qatar.
Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dan menutup perbatasan dengan tetangganya untuk "melindungi keamanan nasional dari bahaya terorisme dan ekstremisme" menurut kantor berita pemerintah Saudi Press Agency.
Koalisi pimpinan Arab Saudi, yang sudah memerangi pemberontak di Yaman selama dua tahun, secara terpisah mengumumkan bahwa Qatar tidak lagi diterima dalam aliansi tersebut, menuduhnya mendukung organisasi teroris.
Qatar mengirimkan pesawat tempur ke koalisi yang melancarkan serangan udara yang menyasar pemberontak Houthi di Yaman.
Kurang dari sebulan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengunjungi kawasan Teluk untuk mempererat hubungan dengan Arab Saudi dalam lawatan luar negeri pertamanya.
Di Riyadh, saat berbicara kepada para pemimpin Muslim di seluruh dunia, Trump mendesak mereka "mengusir" ekstremis" dan "teroris", demikian menurut warta kantor berita AFP. (mr)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017