Canberra (ANTARA News) - Intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU), Arief Zamhari, mengatakan, persaudaraan Islami yang tidak membedakan agama dan bangsa sangat sangat tepat dikembangkan umat Islam di Australia dalam pergaulan antarsesama muslim maupun dengan masyarakat setempat. "Semangat persaudaraan Islami inilah yang patut terus dikembangkan di Australia karena persaudaraan kemanusiaan tidak membedakan siapapun karena apapun, termasuk agamanya," kata mahasiswa doktoral Universitas Nasional Australia (ANU) yang juga ketua Tanfiziyah Pengurus Cabang Istimewa NU Australia dan Selandia Baru itu. Dalam ceramahnya di forum pengajian mahasiswa Universitas Canberra, Sabtu, Arief lebih lanjut mengatakan, ukhuwah Islamiyah sesungguhnya bermakna "persaudaraan yang Islami", yakni persaudaraan yang dibangun dengan siapapun sesuai dengan kaidah Al Qur`an dan hadist. "Jadi persaudaraan semacam itu tidak saja terbatas pada sesama penganut agama yang sama (Islam) tetapi juga dengan umat non-Muslim," kata Arief. Dalam bagian lain ceramahnya yang berlangsung di mushola kampus UC itu, Arief juga menyinggung pentingnya umat muslim memahami secara utuh makna ayat 120 Surat Al-Baqarah, supaya tidak terjadi kesalahpahaman ketika menyikapi kehidupan keberagamaan di Tanah Air. "Ayat ini sering dikutip sepotong-sepotong. Cara memahami ayat ini tanpa melihat konteks ayat sebelumnya tidak tepat dan berbahaya," kata ayah tiga anak yang meneliti kelompok zikir di Jawa untuk disertasinya. Persaudaraan antarsesama umat Islam di Tanah Air saja masih menjadi masalah, seperti tampak dari adanya demonstrasi anti-Syiah di Bangil, padahal hal itu tidak perlu ada jika umat Islam di Indonesia tidak lagi mempersoalkan cara beribadah maupun mempersoalkan ijtihad oleh ulama mujtahid, katanya. "Kita sebenarnya tidak boleh mengadili keimanan seseorang...," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007