Djakarta 30 Maret 1963 (ANTARA) - Gesang, penggubah lagu "Sapu Tangan", menjatakan di depan para peminat musik ibukota hari Djum'at malam, bahwa hatinja merasa sakit karena lagu tjiptaannja jang digubah dengan segalah djerih pajah, telah diserobot orang lain, bahkan oleh suatu "tangan" lain.


Komponis dari Solo jang semula muntjul didepan publik dengan sikap jang sopan dan rendah hati itu tiba2 mengeluarkan suara jang lantang : "Saja tidak setudju kalau lagu jang saja karang ditahun 1941 itu diambil begitu sadja oleh orang lain.Langkah2 selandjutnja saja serahkan kepemerintah untuk mengurus penjerobotan itu".


Gesang muntjul didepan para peminat musik Djakarta Djum'at malam di Istana Olahraga Bung Karno karena ia mendapat undangan untuk hadir pada konser jang diselenggarakan oleh Sekolah Musik Indonesia Jogjakarta malam itu.


Gesang buka rahasia hati...

Di depan para peminat musik ibukota malam itu Gesang telah mentjeritakan segenap karja2nja jang pernah mendjadi "top hit", bahkan beberapa diantaranja telah mendjadi "klassik".


Gaja tjiptaan lagu2nja oleh para ahli musik Indonesia sendiri memang diakui sebagai pentjiptaan rasa baru bagi musik Indonesia jang pada masa itu hanja merajap disekitar irama krontjong.


Ia mengatakan, bahwa karangannja hanja ada 8 buah, empat diantaranja mentjapai kemashuran, yaitu Bengawan Solo, Sapu Tangan, Djembatan Merah, dan Tirtonadi.


Keempat-empatnja Keempat-empatnja telah "dijiplak" oleh perusahaan2 piringan hitam asing tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.


Seorang reporter telah berhasil memantjing komponis lagu Sapu Tangan itu untuk bertjerita bagaimana lagu itu dilahirkannja.


Setelah batuk2 sedjenak, Gesang sambil menunduk berkata, bahwa lagu itu dikrang pada malam tahun baru 1941, "Alangkah meriahnja suasana tahun baru ketika itu", kta Gesang, "tetapi ketika hudjan mulai turun, saja merasakan kesepian jang mendalam dihati".


Waktu itu ada seorang pemuda jang bersedih hati, demikian tjeritanja terus. Ia mempunjai sebuah benda kenang2an berupa selembar sapu tangan pemberian kekasihnja jang sudah pergi meninggalkannja.


Kekasih itu pernah berdjandji hendak bersatu untuk sehidup semati, tetapi pada akhirnja sipemuda ditinggalkan djuga".


Siapa pemuda itu" tanja reporter mendesak.Maafkanlah djika saja ktakan, bahwa pemuda itu adalah saja sendiri, djawab Gesang.

Hadirin serempak melepas nafas.


Gesang tarik suara

Atas permintaan publik beramai-ramai, Gesang jang dimasa mudanja djuga seorang biduan tenra, telah madju kedepan untuk menjanjikan sebuah lagu tjiptaannja "Djembatan Merah".


Lagu jang romantis itu mengisahkan "pemberian jang tak kundjung tiba". antara dua kekasih dibajangan Djembatan Merah.


"Biarkan djembatan merah, andaikan patah, akan kunanti ia disini.."

Gesang memperlihatkan muka jang halus, gaja jang sopan, serta membawa nada keharuan.


"Masih ada djuga kilauan suara emasnja," komentar sementara penonton.

(N11/Bok/2019/115)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017