"Air masuk ke dalam masjid seperti di Masjid Mujahidin di Kelurahan Panasakan, dekat rumah saya," kata warga Panasakan Pranajaya Rais dihubungi dari Palu, Sabtu malam, terkait peristiwa banjir di kota itu.
Selain itu kata dia, Masjid Alfatah di Kilometer Satu, Kampung Buol dan Masjid di Perumnas Kelurahan Baru juga terdampak banjir sehingga tidak ada aktivitas ibadah di masjid tersebut.
"Tidak ada kegiatan dari buka puasa sampai tarwih tadi malam ini," katanya.
Menurut Pranajaya, jika air tidak segera surut, sejumlah masjid yang tergenang tersebut dipastikan tidak bisa melaksanakan aktivitas hingga menjelang pelaksanaan sahur dan shalat subuh berjamaah.
"Tapi sekarang hujan sudah redah. Air juga sudah mulai surut," katanya.
Dia mengatakan sejumlah masjid yang bebas dari gempuran banjir seperti Masjid Agung, namun jamaahnya merosot tajam, karena warga sibuk menyelematkan diri dari banjir.
Bupati Tolitoli Mohammad Saleh Bantilan yang dihubungi terpisah mengatakan sejumlah masjid di daerahnya saat banjir menerjang kota itu masih melakukan aktivitas seperti biasa khususnya masjid yang bangunannya tinggi seperti Masjid Agung.
"Memang ada beberapa masjid yang rendah, kemungkinan itu terendam banjir. Tapi banyak masjid yang tinggi itu tetap berjalan seperti biasanya," katanya.
Banjir di Tolitoli Sabtu malam merupakan banjir terbesar yang pernah melanda daerah itu.
Banjir tersebut merendam ribuan rumah penduduk dan fasilitas publik. Jalan-jalan raya juga tidak dapat dilintasi karena tertutup banjir.
Selain itu aliran listrik juga terpaksa dipadamkan sejak pukul 18.30 Wita.
Hingga Sabtu malam, ribuan orang masih berada di pengungsian khususnya warga di dekat daerah aliran sungai seperti di Kelurahan Tuweley.
Pewarta: Adha Nadjemuddin
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017