"Yang bersangkutan memiliki KJA di Batunanggai, Nagari Tanjungsani, Kecamatan Tanjungraya, dan ia menjadi petani setelah menyelesaikan pendidikan di SMK Bukittinggi," kata Kapolres Agam, AKBP Ferry Suwandi di Lubukbasung, Jumat.
Ia menjelaskan Al Ikhwan Yusel memiliki keramba jaring apung tidak jauh dari rumahnya di Batunanggai, Nagari Tanjungsani, Kecamatan Tanjungraya.
Dalam pergaulan sehari-harinya, anak ketiga dari enam bersaudara pasangan Yusri Malik dan Helmida ini dikenal sangat pendiam.
"Ia dikenal tidak banyak berbicara saat bergaul di lokasi tempat tinggalnya," tambahnya.
Batunanggai merupakan lokasi tempat kedua orang tuannya berdiam dan Kecamatan Palembayan merupakan lokasi tempat lahirnya.
Al Ikhwan Yusel menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) Batunanggai dan SMP Sigiran Nagari Tanjung Sani.
Setelah itu ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bukittinggi, dengan jurusan otomotif.
"Al Ikhwan Yusel sempat merantau ke Bali pada 2013 dan pada 2014 pulang ke kampung di Tanjung Raya," katanya.
Pada 25 Februari 2017, Al Ikhwan Yusel meminta izin kepada orang tuanya untuk merantau ke Bogor, Jawa Barat.
Semenjak di Bogor, pihak orang tuannya tidak mengetahui apa pekerjaannya.
"Dia berangkat ke Marawi Filipina Selatan pada 28 Maret 2017," katanya.
Al Ikhwan Yusel merupakan salah satu dari tujuh Warga Negara Indonesia (WNI) yang diduga bergabung dengan kelompok teroris di Filipina Selatan.
Ketujuh WNI ini merupakan Daftar Pencarian Orang (DPO) dari Philippine National Police (PNP).
"Kedua orang tuannya sangat terpukul dengan pemberitaan ini. Kita terus melakukan penyelidikan terkait keberadaan Al Ikhwan Yusel," katanya.
(T.KR-MLN/H014)
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017