Jakarta (ANTARA News) - Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Paripurna Surgarda, adanya kasus persekusi merupakan cerminan tentang kurangnya pemahaman tentang Pancasila.
"Pancasila itu kan mengenal keterbukaan, toleransi, tenggang rasa, hati bersih, jadi kalau orang dikritik untuk kemajuan ya dia harus mendengarkan dan berterima kasih justru ada kesempatan utnuk berintrospeksi," kata dia ditemui usai "Ngobrol Pancasila: Saya Indonesia, Saya Pancasila" di Gedung Kementerian BUMN, Jumat.
Dosen Fakultas Hukum UGM itu juga berpendapat bahwa masyarakat Indonesia "bersumbu pendek" yang menurut dia emosional merespons sesuatu dari informasi yang tidak benar.
"Itu perlu kedewasaan yang lebih tinggi supaya orang mulai belajar mendengar daripada berbicara, Pancasila menganut semua nilai-nilai itu," ujar Paripurna.
Fenomena persekusi tersebut menurut dia tidak lepas dari fenomena global, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin yang terlalu besar.
"Kemudian ketidaksiapan masyarakat kita untuk menerima informasi yang di luar dugaan mereka, kemudian menggiring mereka menjadi masyarakat yang konsumtif kemudian di situ muncul kecemburuan-kecemburuan sosial," kata Paripurna.
"Yang kemudian orang kalau sudah mulai cemburu sosial kalau tidak teratasi akan frustasi, dengan frustasi itu orang mudah untuk menjadi apa saja untuk dipengaruhi oleh siapa saja," sambung dia.
Hal yang perlu dilakukan pemerintah, menurut Paripurna adalah secepat mungkin memperbaiki kesenjangan ekonomi, strukstur ekonomi, keadilan sosial.
"Itu menjadi penting sekali, dan sampai sekarang saya kira tidak mudah untuk mengatasi itu, jadi perlu kerja keras," ujar dia.
"Satu lagi yang penting adalah political will dari pemerintah," tambah dia.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017