Pelabuhanratu (ANTARA News) - Meski gelombang air pasang di perairan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) masih tinggi, beberapa nelayan nekad melaut karena didesak oleh kebutuhan hidup sehari-hari. "Saya dan teman lainnya terpaksa melaut karena didesak kebutuhan hidup sehari-hari," kata Lili Sopandi (40), salah satu nelayan dari Cisolok, kepada ANTARA News, Sabtu. Menurut dia, selain didesak kebutuhan hidup, pihaknya tetap melaut karena perahunya dinilai cukup kuat menghadapi hantaman gelombang pasang. Kondisi tersebut, menurut Lili, bagi para nelayan merupakan hal biasa karena setiap lima tahunan hal itu mereka alami dan menganggapnya tidak terlalu berbahaya. Hal senada juga disampaikan nelayan asal Pelabuhanratu, Enjang (36) yang menyatakan bahwa dirinya terpaksa melaut karena persediaan makanan dan kebutuhan lain sangat kurang di rumahnya, sehingga mau tidak mau harus tetap melaut. Menurut dia, petugas dari Pos TNI-AL (Posal) sudah melarang untuk melaut, tetapi mereka terpaksa melakukan itu dengan pertimbangan untuk memenuhi "isi perut". Sementara itu, Komandan Posal Pelabuhanratu, Letda Hari Fajar mengatakan, pihaknya telah melarang para nelayan untuk tidak melaut karena sangat berbahaya, terlebih ombak masih cukup tinggi. "Kami sudah melarang para nelayan, namun nelayan masih tetap melaut," katanya seraya menyebutkan pihaknya tidak bisa memaksa agar para nelayan tidak melaut. Kendati demikian, pihaknya tak henti-hentinya mengimbau agar para nelayan yang melaut jangan sampai ke tengah laut, tetapi cukup di daerah teluk saja. Berdasarkan pantauan ANTARA News dilaporkan, walaupun ada beberapa yang masih melaut, namun masih banyak para nelayan yang tidak melaut karena khawatir dengan kondisi laut yang dinilai berbahaya. Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sendiri, jumlah tangkapan ikan juga berkurang karena para nelayan tidak berani melaut, sehingga harga pun turun karena daya beli masyarakat berkurang.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007