Poso (ANTARA News) - Lebih 1.000 orang personel TNI dan Polri yang sedang bertugas dalam Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah, akan dikerahkan untuk membantu para korban gempa bumi di dataran Napu, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso.
"TNI sendiri akan mengerahkan 500 orang pasukan operasi teritorial dan 500 lebih lainnya adalah personel TNI dan Polri yang selama ini tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala," kata Kepala Penerangan Korem 132/Tadulako Mayor Infanteri Dedy Afrizal kepada Antara di Poso, Kamis.
Tim operasi teritorial itu akan diberangkatkan ke Poso pada Jumat lewat darat dan sebagian lagi menggunakan helikopter.
Bantuan personel TNI dan Polri ini untuk mendukung operasi tanggap darurat yang sudah dicanangkan Pemerintah Kabupaten Poso untuk membantu para korban yang tertimpa bencana tersebut.
Satgas Operasi Tinombala adalah tim TNI-Polri yang bertugas khusus sejak 2015 untuk memburu sisa-sisa DPO anggota Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso (almarhum) yang melakukan aksi teror dan tindakan radikalisme di Poso selama ini.
Dedi jelaskan, TNI bersama polisi yang tergabung dalam operasi Tinombala membawa misi sosial. Meskipun tidak ada korban yang harus di evakuasi, namun peristiwa gempa bumi ini telah merusak banyak bangunan dan aset masyarakat serta melukai beberapa warga sehingga perlu dukungan fisik dan moril.
"Meskipun tidak ada proses evakuasi, tapi peristiwa gempa bumi ini merupakan kejadian emergency dimana Negara harus hadir untuk membantu meringankan beban fisik, materil dan moril warganya," ucap Dedi.
Sebelumnya, anggota TNI sudah membantu menyalurkan bantuan sosial dari Bank BNI berupa 300 dos mi instan dan air minum kepada par akorban di Desa Sedoa serta membantu warga membersihkan rumah mereka yang roboh akibat gempa itu.
Tanggap darurat
Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan penanganan darurat dampak gempa 6,6 pada skala Richter yang mengguncang daerah Poso dan sekitarnya pada Senin (29/5) masih dilakukan hingga saat ini.
Untuk mmudahkan akses dalam penanganan darurat, Bupati Poso telah menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari yakni mulai Selasa 30 Mei sampai Senin 5 Juni 2017.
Hingga saat ini, korban gempa tersebut adalah 4 orang luka berat dan 21 orang luka ringan, namun tidak ada korban meninggal dunia.
Sebanyak 348 bangunan mengalami kerusakan yang antara lain 168 rumah rusak berat, 143 rumah rusak ringan, 1 gereja rusak berat, 5 gereja rusak ringan, 11 sekolah rusak berat, 2 sekolah rusak ringan, 2 masjid rusak ringan, dan 6 perkantoran rusak ringan.
Sebanyak 328 KK mengungsi karena rumahnya rusak dan takut adanya gempa susulan, dimana laporan BMKG mencatat sudah 200 kali terjadi gempa susulan hingga Kamis.
Masyarakat mengungsi di sekitar lingkungan rumahnya dengan mendirikan tenda, terpal dan memanfaatkan sisa bangunan yang masih berdiri.
Daerah yang banyak mengami kerusakan meliputi tujuh7 kecamatan di Kabupaten Poso yaitu Kecamatan Lore Utara, Poso Pesisir, Poso Pesisir Utara, Lore Peore, Poso Kota, Poso Kota Utara, dan Kecamatan Lage.
Daerah yang paling parah terdampak bencana ini adalah Kecamatan Lore Utara meliputi Desa Sidoa, Alitupu, Wuasa, Watumaeta, Kaduwaa, dan Dodolo.
Bupati Poso Darmin Agustinus Sigilipu telah turun ke dataran Napu pada Rabu (31/5) untuk memimpin rapat koordinasi yang dihadiri BPBD Poso, BPBD Sulteng, BNPB, TNI, Polri, Kemensos, BNI Region Manado, para kepala desa dan camat.
BPBD Sulawesi Tengah telah memberikan bantuan berupa paket kesehatan keluarga 38 paket, family kit 55 paket, paket makanan tambahan gizi 18 dos, paket lauk pauk 38 dos, matras 80 lembar, paket kidsware 12 paket, mie instan 50 dos, ikan kaleng 15 dos dan tenda gulung 20 lembar.
Kebutuhan mendesak saat ini adalah listrik, air bersih, selimut, tenda pengungsi dan bahan makanan. Di beberapa tempat listrik masih padam.
Daerah Poso merupakan daerah rawan gempa. Sumber gempa 6,6 SR berasal dari aktivitas sesar Palolo Graben. Sesar Palolo merupakan satu di antara lima sesar aktif yang sering menimbulkan gempa di Sulawesi Tengah.
Sesar Palolo memanjang 70 kilometer dan membentuk lembah Palolo dan lembah Sopu. Sesar ini aktif dan beberapa kali terjadi gempa yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan seperti tahun 1995, 2005, dan 2012.
Gempa 2012 dengan berkekuatan 6,2 pada skala Richter, mengakibatkan 5 orang meninggal dunia, 94 orang luka-luka dan 1.626 rumah rusak.
Pewarta: Fauzi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017