London (ANTARA News) - Menteri Riset,Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Prof. H. Mohammad Nasir Ph.D. menghadiri Konferensi Internasional Program Kerja Sama Teknis Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) yang diadakan bertepatan dengan ulang tahun IAEA ke-60 di Wina, Austria, Senin.
Keterangan pers dari Kedutaan Besar RI di Wina Austria yang diterima Antara di London, Rabu menjelaskan Konferensi dihadiri sekitar 1500 peserta dari 168 negara anggota terdiri dari petinggi pemerintahan negara anggota yang meliputi kepala negara/kepala pemerintahan, menteri dan sejumlah besar pejabat tinggi lainnya.
Dubes RI sekaligus Perwakilan Tetap RI di Wina Dr. Darmansjah Djumala mendampingi Delegasi RI yang dipimpin Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi pada konferensi, dengan anggota dari unsur Kemenristek, Kemenkes, BATAN, BAPETTEN, RS Dharmais dan KBRI/PTRI Wina.
Dubes Djumala mengatakan pada Konferensi, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi memaparkan berbagai capaian nasional dalam pemanfaatan teknologi dan energi nuklir untuk tujuan damai bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, utamanya di bidang pertanian/pangan, kesehatan dan lingkungan.
Dikatakannya dengan pendekatan seperti itu, Indonesia berupaya membumikan diplomasi nuklir di forum internasional agar kerjasama di bidang nuklir dapat memberi manfaat konkrit bagi rakyat.
Terkait manfaat konkret tersebut, dalam pidatonya, Menristek menekankan pentingnya negara anggota IAEA memberikan dukungan dan meningkatkan kontribusi terhadap program kerjasama teknis IAEA.
Menurut Nasir, semenjak berpartisipasi dalam program kerjasama teknis IAEA tahun 1959, Indonesia menerima berbagai manfaat.
Dua diantaranya menjadi keunggulan Indonesia adalah kapasitas di bidang pemuliaan tanaman varietas unggul beras, kedelai dan sorgum, dan aplikasi IPTEK nuklir untuk kesehatan, yakni alat renograf analisa fungsi ginjal.
Kedua program tersebut dipamerkan di side event di sela-sela Konferensi di dua booth Indonesia berada di lokasi konferensi dan diresmikan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Selain itu, Indonesia bahkan memberikan bantuan modernisasi laboratorium aplikasi nuklir IAEA berlokasi di Seibersdorf dalam upaya mempekuat kerjasama dalam pengembangan riset dan peningkatan kapasitas.
Terkait pemberian bantuan ke Seibersdorf, Menristek didampingi Dubes Djumala bersama Delegasi RI, mengunjungi laboratorium Seibersdorf menyaksikan memantau secara langsung perkembangan proyek modernisasi laboratorium.
Kunjungan sekaligus dimanfaatkan untuk evaluasi kerjasama antara laboratorium Seibersdorf dengan institusi terkait di dalam negeri khususnya di bidang kesehatan, pertanian, dan lingkungan hidup.
Kehadiran Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Konferensi mendapat sambutan Dirjen IAEA, Yukiya Amano.
Mengingat peranan Indonesia yang cukup signifikan, Dirjen Amano mengadakan pertemuan bilateral dengan Indonesia di sela-sela konferensi secara khusus menyampaikan apresiasi atas peranan penting dan kontribusi Indonesia di program kerjasama teknis IAEA.
Dubes Djumala menyampaikan masukan kepada Direktur Jenderal IAEA tentang fokus kerjasama yang perlu ditingkatkan dalam kerangka kerjasama teknis Indonesia-IAEA, yakni di bidang pangan dan pertanian, kesehatan, program pendidikan dan peningkatan kesadaran publik terkait penggunaan nuklir untuk tujuan damai serta peningkatan keterwakilan staf WNI di Sekretariat IAEA.
IAEA organisasi independen didirikan 29 Juli 1957 bertujuan mempromosikan penggunaan energi nuklir secara damai serta menangkal penggunaannya untuk keperluan militer.
IAEA berfungsi sebagai forum antarpemerintah untuk kerjasama ilmiah dan teknis dalam penggunaan teknologi nuklir dan tenaga nuklir secara damai di seluruh dunia. Sekretariat IAEA berada di Wina, Austria, sedangkan jumlah anggotanya 168 negara.
(T.H-ZG/P008)
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017