Panama City (ANTARA News) - Jenazah bekas diktator Panama Manuel Noriega dikremasi pada Selasa (30/5), sehari setelah dia meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Panama City pada usia 83 tahun menurut seorang teman keluarga kepada wartawan.
Prosesi kremasi pribadi tersebut hanya dihadiri segelintir kerabat -- termasuk tiga putrinya -- dan teman di sebuah krematorium di ibu kota. Abunya diberikan kepada istrinya.
"Itu acara perpisahan sesuai keinginan keluarga. Abunya akan disimpan oleh istrinya Felicidad," ungkap Ruben Murgas, teman Noriega dan direktur radio pemerintah pada masa pemerintahan Noriega.
"Sulit mewujudkannya karena sampai saat terakhir ada banyak rintangan," kata Murgas tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Dia mengungkapkan bahwa autopsi tidak dilakukan karena Noriega "meninggal di rumah sakit." Dia tidak memberi tahu penyebab kematiannya.
Noriega meninggal dunia pada Senin di Rumah Sakit Santo Tomas Panama City, tempat dia menjalani pemulihan dari operasi pada Maret untuk mengangkat tumor otak jinak, dan operasi selanjutnya untuk menghentikan pendarahan otak.
Mantan diktator itu dibebaskan sementara dari penjara, tempat dia menjalani tiga hukuman penjara 20 tahun atas hilangnya para lawan selama pemerintahannya (1983-1989).
Noriega digulingkan dari kekuasaan oleh invasi militer Amerika Serikat pada Desember 1989 dan kemudian menjalani hukuman di penjara-penjara Amerika Serikat dan Prancis sebelum dideportasi kembali ke Panama.
Noriega adalah "orang yang belajar sebaik mungkin memanfaatkan penjara," kata Murgas, yang tampak sedih di gerbang krematorium.
Murgas mengatakan dia yakinn sekarang Panama sekarang "harus tahu kebenaran" tentang Noriega, yang katanya berbeda dengan prang yang digambarkan di media dan catatan sejarah, demikian menurut warta kantor berita AFP. (mr).
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017