Bandung (ANTARA News) - DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menanggapi santai sikap sejumlah ormas (Aliansi Masyarakat Peduli Jawa Barat) yang menolak kandidat Cagub Jabar 2018 perempuan, PKS sendiri mengusung Netty Prasetiyani Heryawan sebagai kandidat Cagub Jabar berdasarkan hasil Pemira DPW PKS.
"Kami menghormati sikap teman-teman dari AMPJ tersebut yang menolak Cagub Jabar perempuan. Kami mah santai karena itu hak mereka," kata Ketua DPP Bidang Pemuda DPP PKS Mardani Ali Sera, usai menghadiri Diskusi Publik "Penguatan Islam Politik Pasca 212" yang diadakan oleh Gema Keadilan Jawa Barat, di Bandung, Selasa.
Ia menuturkan munculnya nama Netty Heryawan sebagai salah seorang kandidat cagub Jabar 2018 berdasarkan hasil Pemira DPW PKS merupakan realita dan dirinya menghargai hasil tersebut.
"PKS sangat menghargai proses dan munculnya dua nama yakni Pak Ahmad Syaikhu dan Ibu Netty Prasetiyani Heryawan tersebut itu tiba-tiba tapi berdasarkan proses, yakni hasil Pemira. Kalau saat itu ada nama perempuan Netty Heryawan yang muncul, itu merupakan realita kader PKS," kata dia.
Terlebih, lanjut Mardani, saat ini bisa dikatakan eranya "The Age of Women" dan PKS tidak pernah membedakan kader laki-laki dan perempuan dalam berkarya. "Jadi mau dia laki-laki atau perempuan, asalnya dia punya kualitas dan integritas, maka wajar kalau demikian. Tetapi yang memutuskan kan tetap Badan Pekerja Majelis Syuro," kata dia.
Selain itu, lanjut Mardani, munculnya nama istri Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan sebagai kandidat Cagub Jabar 2018 mematahkan opini PKS bahwa partai ini tidak peka terhadap gender.
"Contoh lain adalah pengganti Fahri Hamzah, adalah Ibu Ledia Hanifah, kalau ini sukses maka akan jadi sejarah bahwa ada Wakil Ketua DPR RI perempuan dari PKS," ujar dia.
Sementara itu, Netty Prasetyani Heryawan juga menanggapi santai adanya penolakan dari sejumlah ormas Islam yang menolak rencana pengusungan dirinya sebagai calon gubernur dalam Pilgub Jabar 2018 mendatang.
"Jadi orang saya belum ditetapkan gimana saya harus reaksioner. Belum tentu jadi juga kan," kata Netty Heryawan.
Dirinya menilai, penolakan tersebut sebagai bentuk ketakutan dari pihak-pihak tertentu bila dirinya jadi maju di Pilgub Jabar mendatang.
"Sehingga itu (penolakan) kalau saya katakan itu ketakutan berlbihan. Saya apa sih senjata enggak punya. Bela diri tidak bisa. Jadi apa yang harus ditakutin dari seorang Netty Prasetyani," katanya.
Walaupun masih menjadi perdebatan, yang jelas kehadiran perempuan di dunia politik sudah diatur dalam undang-undang dan perempuan jangan dilihat sebelah mata dan dianggap tidak mampu menjadi pemimpin.
"Kalau perempuan dipertanyakan kredibilitasnya. Laki-laki juga harusnya dipertanyakan juga kredibilitasnya," ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah ormas Islam yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Jawa Barat (AMPJ) menolak kandidat Calon Gubernur Jabar 2018 perempuan yang diusung oleh partai politik karena hal tersebut bertentangan dengan ajaran Islam.
"Atas dasar pandangan para ulama serta berbagai kajian secara mendalam di antara ormas-ormas Islam maka kami tidak sepakat dan secara tegas menolak kepemimpinan perempuan dalam prosesi Pilgub Jabar 2018," kata Ketua Presidium AMPJ HM Roinul Balad.
Penolakan terhadap kandidat Cagub Jabar 2018 tersebut, kata Roinul, ditujukan kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berdasarkan hasil Pemira DPW PKS Jawa Barat yang memunculkan nama Netty Prasetiyani Heryawan sebagai kandidat calon kepala daerah di Provinsi Jawa Barat.
"Untuk itu, kami mohon kepada pimpinan PKS baik di Jabar atau pusat untuk mempertimbangkan kembali pengusungan kepemimpinan perempuan di Pilgub Jabar," kata dia.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017