Jeju, Korea Selatan (ANTARA News) - Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri, mengungkapkan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in secara khusus memintanya untuk bersedia menjadi utusan Korea Selatan dalam proses reunifikasi dengan Korea Utara.

Hal ini disampaikan Megawati kepada wartawan di sela kunjungannnya di Pulau Jeju, Korea Selatan, Selasa, sehari setelah Ketua Umum PDI Perjuangan itu bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, di Blue House, Seoul.

"Presiden Moon Jae-in ingin saya menjadi utusan beliau pergi ke Korea Utara," ujar Megawati.

Megawati menyiratkan kesediaannya menjembatani reunifikasi tersebut. Selain karena ada kedekatan secara historis antara keluarga Bung Karno dengan dua Korea, Megawati juga merupakan sosok yang menginginkan terciptanya perdamaian di seluruh dunia.

Megawati menyampaikan sejatinya konsep Pancasila yang dirumuskan Bung Karno, jika diterapkan negara-negara yang telah memiliki peradaban, maka dapat membawa perdamaian bagi seluruh dunia.

Segenap elemen masyarakat Korea Selatan, nampaknya memang menaruh harapan besar kepada Megawati untuk dapat mewujudkan reunifikasi dua Korea.

Sebab sosok Megawati dapat dikatakan sebagai satu-satunya tokoh yang dipercaya kedua pemimpin Korea dalam proses reunifikasi.

Korea Selatan pun punya cara sendiri untuk menghormati kesediaan Megawati terlibat dalam proses reunifikasi ini.

Negeri itu membangun taman dengan nama Megawati Soekarnoputri Garden di Pulau Jeju yakni pulau yang melambangkan kedamaian.

Pembangunan Megawati Soekarnoputri Garden sejatinya telah dilaksanakan sejak 2013, namun peresmian namanya baru akan dilakukan 31 Mei 2017.

Tidak hanya itu, di Jeju Megawati juga diundang ke sebuah taman bonsai bernama Spirited Garden yang dikelola secara apik oleh seorang petani Korea Selatan, Sung Bum-young, sejak 1968.

Megawati pun dikenal sebagai sosok yang sangat mencintai dan mengagumi tanaman dan kehidupan.

Disadari atau tidak, upaya Korsel mendirikan taman dan membawa Megawati menengok keindahan taman-taman di Jeju mungkin saja merupakan sebuah upaya diplomasi yang indah, yakni sebagai bentuk penghormatan sekaligus harapan Korea Selatan terhadap sosok Megawati.


Baca juga: (Megawati jadi pembicara kunci di forum Jeju)

Forum Jeju
Dalam lawatannya ke Korea Selatan, Megawati juga diminta mewakili Asia di forum tahunan "The Jeju Forum for Peace and Prosperity" yang akan diselenggarakan 31 Mei-2 Juni 2017.

Forum ini akan dihadiri delegasi lebih dari 70 negara yang terdiri dari politisi, birokrat, diplomat, akademisi, wirausaha, dan para wartawan serta perwakilan lembaga internasional. Terdapat 71 sesi pertemuan dalam forum tersebut.

Megawati akan menyampaikan dan menyerukan pesan perdamaian dan konsep Pancasila dalam forum bergengsi tersebut.

Selain Megawati, Al Gore, Anibal Cavaco Silva, dan Punsalmaagin Ochirbat, sejumlah tokoh juga akan berbicara dalam forum itu seperti para mantan Menteri Luar Negeri yakni Marty Natalegawa (Indonesia), George Yeo (Singapura), Gareth Evans (Australia), dan Nyamosor Tuya (Mongolia).

Menurut politisi PDI Perjuangan Rokhmin Dahuri, forum Jeju memegang peran penting bagi perwujudan perdamaian dunia.

Forum Jeju diharapkan dapat membawa semangat perdamaian ke seluruh dunia, termasuk wilayah yang geopolitiknya kini tengah memanas tidak terkecuali semenanjung Korea.

Jeju sendiri dimaknai oleh orang Korea sebagai pulau yang membawa kedamaian. Pulau ini dipenuhi banyak sekali taman yang indah.

Sekali lagi, forum Jeju juga akan menjadi sebuah bentuk diplomasi Korea Selatan bagi delegasi negara-negara sahabat untuk terus menyerukan perdamaian.


Baca juga: (Megawati diminta bantu jembatani reunifikasi dua Korea)

Baca juga: (Megawati: Warga dua Korea inginkan reunifikasi)


Akrab
Megawati cukup akrab dikenal di Korea, baik di Korea Selatan maupun di Korea Utara.

Ketua Umum PDI Perjuangan itu pada Oktober 2015 meraih gelar doktor honoris causa dari Korean Maritime and Ocean University di Busan, Korea Selatan.

Megawati saat menyampaikan pidato akademiknya menyinggung perang Korea 1950-1953 yang membuat Korea terpecah menjadi Korea Selatan dan Korea utara.

Indonesia memiliki hubungan bilateral yang panjang dan harmonis, baik dengan Korea Selatan dan Korea Utara, sehingga posisi Indonesia tersebut dapat menjadi potensi penting untuk reunifikasi Korea.

Putri Bung Karno itu bahkan siap memfasilitasi perdamaian kedua negara. Ketika itu Megawati mengatakan kesiapannya untuk melayani sebagai jembatan yang menghubungkan jalan bagi solusi damai untuk konflik Korea yang telah berjalan cukup lama.

Megawati pernah menceritakan setidaknya telah lebih dari tiga kali melawat ke Korea Utara dan selalu disambut hangat oleh rakyat negeri demokratik itu. Hal itu tak lepas dari persahabatan yang baik antara ayahnya, Bung Karno, dengan pemimpin Korea Utara, Kim Il-sung, selama masih menjabat.

Kim pernah ke Indonesia pada 13 April 1965 dan diberikan cenderamata anggrek dengan nama Dendrobium kimilsungia, yang membuat Kim tersanjung dan mengundang Bung Karno ke Pyongyang.

Megawati yang masih remaja saat itu mengikuti rombongan ayahnya. Megawati juga bertemu Kim Jong-il, putra Kim Il-sung, yang juga pernah menjadi pemimpin Korea utara pada 1997-2011.

Saat Megawati menjadi Presiden RI, Megawati juga pernah berkunjung ke Korea Utara pada 28-30 Maret 2002, dalam serangkaian lawatan ke Tiongkok, Korea Utara, Korea Selatan, dan India.

Ia disambut hangat oleh rakyat Korea Utara, bahkan dengan sejumlah lagu-lagu nasional, seperti Halo-Halo Bandung, Bagimu Negeri, dan Nyiur Melambai.

Ketika itu, dia mengadakan pertemuan dengan pemimpin Korea Utara saat itu, Kim Jong-il, dan Presiden Presidium Majelis Tertinggi Rakyat, Kim Yong-nam.

Kim Jong-il memberikan penghormatan khusus kepada Megawati dengan mendatangi langsung delegasi Indonesia yang menginap di Wisma Negara Paek Hwa Non, Pyongyang, padahal Kim jarang mau menemui tamu negara Korut ke wisma itu kecuali tamu negara yang menemui Kim di tempat yang telah ditentukan.

Megawati ketika itu juga menerima anugerah bintang kelas satu dari pemerintah Korea Utara yang disematkan Kim Yong-nam.

Megawati saat itu juga mengimbau pemerintah Korea Utara membuka dialog dengan Korea Selatan untuk mewujudkan perdamaian kedua negara bagi reunifikasi bangsa Korea.

Dengan demikian, perdamaian di antara negara-negara semenanjung itu akan bermanfaat untuk kawasan Asia Pasifik. Indonesia juga membuka diri untuk menjadi penengah bagi upaya perdamaian antarkedua negara itu.

Pada 30-31 Maret 2002, Presiden Megawati mengunjungi Korea Selatan dan diterima Presiden Korea Selatan saat itu, Kim Dae-jung ketika itu di Rumah Biru.

Kedua kepala negara membicarakan berbagai isu, termasuk situasi politik Semenanjung Korea. Hasil lawatan ke Korea Utara juga disampaikan kepada Presiden Korea Selatan serta berbagai upaya untuk meningkatkan hubungan bilateral dan kerja sama dalam wadah internasional.

Korea Utara dan Korea Selatan, misalnya, menjadi negara mitra di ASEAN Regional Forum.


Baca juga: (Megawati Soekarnoputri temui Presiden Korsel Moon Jae-in)

Baca juga: (Megawati: Korsel ingin pererat hubungan dengan Indonesia)

Oleh Rangga Jingga dan Budi Setiawanto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017