Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta menyatakan hujan kategori sedang yang terjadi selama beberapa hari terakhir di Daerah Istimewa Yogyakarta disebabkan faktor gangguan atmosfer.
"Kalau tidak ada gangguan atmosfer kemungkinan besar tidak terjadi hujan," kata Kepala Kelompok Operasional Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Joko Budiono di Yogyakarta, Senin.
Ia menjelaskan berdasarkan pengamatan citra satelit gangguan atmosfer yang dimaksud, yakni berupa belokan angin yang terjadi di lapisan 850 mb di atas Pulau Jawa.
Gangguan itu selanjutnya mengakibatkan munculnya area konvergensi atau pertemuan angin di sebagian besar Pulau Jawa, termasuk DIY.
"Selanjutnya area konvergensi itu memicu pertumbuhan awan-awan hujan yang kemungkinan berlangsung hingga tiga hari ke depan," kata dia.
Dia mengatakan curah hujan di DIY saat ini tercatat rata-rata mencapai 30 milimeter per hari yang masuk kategori sedang. Meski demikian, kondisi itu tidak merata, untuk wilayah DIY bagian selatan curah hujan hanya mencapai 10 mm per hari.
Ia mengatakan sesuai prakiraan BMKG, wilayah DIY akan memasuki musim kemarau mulai 1 Juni 2017 dan terjadi secara bertahap mulai dari Gunung Kidul, Kota Yogyakarta, Kulon Progo, hingga Sleman bagian utara.
"Suatu wilayah dikatakan telah memasuki musim kemarau apabila intensitas curah hujan telah tercatat kurang dari 50 milimeter per dasarian (sepuluh hari)," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017