Mengenai harga, harga masih tinggi dan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, barangkali karena ini hari pertama Ramadhan
Damaskus, Suriah (ANTARA News) - Setelah kemenangan militer Suriah di daerah sekitar Damaskus, warga di ibu kota Suriah tersebut merasa lebih aman dalam hal kondisi secara keseluruhan, tapi tidak di sektor ekonomi, sementara harga melambung dari tahun ke tahun.
Di lokasi pasar Bab Srijeh, di Kota Tua Damaskus, rakyat berkeliling pasar kuno yang terkenal tersebut untuk berbelanja keperluan Bulan Suci Ramadhan.
Pemilik toko menata semua jenis barang dan manisan dan bagian depan toko mereka mempesona, tapi kemeriahan semacam itu tidak terlalu tercermin di wajah para pejalan kaki.
Sebagian besar orang akan mendekati bagian depan toko dan secara seksama memeriksa harga, sedikit orang membuat pesanan, sementara yang lain berpaling dengan kecewa lalu pergi.
Tarek, seorang pembeli, dengan cepat mengeluh mengenai harga yang tinggi, dan mengatakan harga telah berlipat sejak tahun lalu, demikian laporan Xinhua, Minggu pagi.
Namun, ia memilih untuk melihat sisi positif kondisi saat ini, dan mengatakan keamanan di ibu kota Suriah telah sangat membaik dengan operasi militer yang berhasil di sekitar Damaskus.
"Mengenai harga, harga masih tinggi dan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, barangkali karena ini hari pertama Ramadhan. Saya tidak tahu, barangkali harga bisa berubah besok, tapi berkenaan dengan situasi keamanan, keadaan lebih baik dan jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun lalu. Syukur lah, tak ada pemboman mortir lagi," katanya.
Di seberang jalan, Muhammad berdiri di luar satu toko manisan, dengan seksama ia meneliti harga. Ia juga menyatakan situasi keamanan membaik, dan menjadi lebih stabil.
"Tahun ini, kami menghadapi kestabilan dan perdamaian lebih besar dan tentu saja di Damaskus, situasi lebih baik dan rakyat telah memenuhi pasar, seperti yang bisa anda lihat," kata Muhammad kepada Xinhua.
Selama beberapa bulan belakangan, militer Suriah telah merebut banyak daerah di sekitar Damaskus, seperti Qaboun dan Barzeh, tempat gerilyawan sepakat untuk mengungsi setelah merasa sama sekali tak berdaya akibat kemajuan militer Suriah dan sekutunya.
Kemenangan semacam itu secara positif telah mengumandangkan seluruh situasi di ibu kota Suriah, sementara angka serangan dan bom mortir dengan tajam merosot jadi hampir tak ada.
Namun, meskipun ada kemajuan semacam itu dalam situasi keamanan, masalah ekonomi jauh dari selesai, sementara harga terus naik dari tahun ke tahun.
Dengan mengamati dan membandingkan harga sebelum perang, semua harga telah naik 10 kali lipat sejak krisis meletus selama enam tahun belakangan, dan kenaikan harga semacam itu secara negatif telah berdampak pada kehidupan rakyat Suriah.
Dan kenaikan semacam itu juga diceritakan oleh pembeli, yang menuding krisis berkepanjangan dan kurangnya pembeli yang sebenarnya, sebab kebanyakan orang yang berkeliaran di pasar tersebut cuma melihat-lihat.
Samer, seorang pemilik toko manisan, berkata, "Kedatangan orang dalam Bulan Ramadhan bagus tahun ini, tapi saya merasa tahun lalu lebih baik daripada tahun ini."
Ia mengatakan kepada Xinhua situasi lebih buruk dibandingkan dengan hari pertama Ramadhan tahun lalu.
Seorang lagi pemilik toko agak lebih optimistis, seperti Abu Nour --yang mengatakan orang kelihatan lebih santai tahun ini.
"Syukur lah tahun ini, orang kelihatan lebih santai dibandingkan dengan tahun-tahun lalu. Orang merasa lebih aman sekarang di ibu kota dan bahkan di luar ibu kota seperti di Kota Kecil Ain Khadra dan Figeh. Saya merasa negeri ini bergerak ke arah yang lebih baik dan akan kembali ke kondisinya dulu sebelum krisis dan bahkan lebih baik lagi," katanya.
Selama enam tahun belakangan, pemerintah telah berusaha menanggulangi keadaan dan melakukan beberapa tindakan untuk mempertahankan harga; tapi kemerosotan tajam nilai pound Suriah terhadap mata uang lain dan sanksi Barat atas Suriah sangat berpengaruh pada merosotnya kualitas hidup rakyat Suriah.
Komisi Sosial dan Ekonomi PBB untuk Asia Barat mengatakan di dalam satu laporan tahun lalu bahwa lebih dari 80 persen warga Suriah telah berada di bawah garis kemiskinan.
(Uu.C003)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017