Mombasa, Kenya (ANTARA News) - Satu ledakan bom jalanan menewaskan dua personel polisi Kenya di dekat perbatasan dengan Somalia pada Kamis, kata polisi setempat.
Peristiwa itu menambah korban tewas akibat bom jalanan dari pihak keamanan Kenya menjadi 11 orang selama dua hari terakhir.
Serangkaian aksi bom yang sebagian besar diklaim oleh kelompok gerilyawan Somalia, menggarisbawahi kesulitan yang dihadapi pemerintah Kenya dalam upaya mereka mengamankan negara menjelang pemilihan nasional yang dijadwalkan akan berlangsung pada 8 Agustus mendatang.
"Petugas kami sedang melakukan peningkatan operasi sekitar jam 10 pagi dan dalam perjalanan, kendaraan mereka terkena IED (alat pemicu ledakan) di sekitar wilayah Liboi, dekat lokasi serangan kemarin," kata komisaris Kepolisian Daerah Garissa James Kianda, kepada Reuters melalui telepon.
Daerah Liboi berada di sebelah timur laut negara itu dekat perbatasan dengan Somalia.
"Kami kehilangan dua petugas dan dua lainnya terluka, ini adalah perbuatan kelompok al-Shabaab, dan karena itulah kami meningkatkan operasi saat ini di seluruh daerah tesebut," katanya.
Petempur kelompok al Shabaab Somalia telah mengaku bertanggung jawab atas dua ledakan bom jalanan sebelumnya pada Rabu, yang pada awalnya menewaskan delapan petugas keamanan. Korban ke sembilan meninggal semalam. Kelompok petempur itu tidak dapat dimintai komentarnya segera terkait serangan pada Kamis itu.
Kelompok al Shabaab, yang telah melancarkan sejumlah serangan dahsyat terhadap warga sipil di Kenya, mengatakan bahwa pertempuran ini mereka lakukan karena Kenya telah mengirim pasukannya ke Somalia pada 2011, setelah serangkaian serangan dan penculikan terjadi di Kenya.
Wilayah Garissa, tempat kejadian Liboi terjadi telah menghadapi beberapa serangan dari kelompok al Shabaab dalam beberapa tahun terakhir, termasuk sserangan pada sebuah universitas pada 2015 yang menewaskan 148 orang.
Tentara Kenya tergabung sebagai bagian dari 22.000 pasukan penjaga perdamaian yang bertujuan untuk menopang pemerintah Somalia dukungan PBB.
Kelompok al Shabaab, yang tengah berusaha untuk menggulingkan pemerintah Somalia dan memaksakan penerapan hukum syariah garis keras, mengatakan bahwa akan terus menyerang Kenya hingga Nairobi menarik tentaranya dari sebuah misi penjaga perdamaian Uni Afrika di Somalia.
Kepolisian pada Selasa mengatakan dalam keadaan waspada terhadap peningkatan kekerasan, setelah petempur al Shabaab diketahui berpindah ke Kenya dalam kelompok kecil.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017