Padang (ANTARA News) - Pukul 06.00 pagi ini Nurlina sudah siap pergi ke Pasar Bandar Buat di Kecamatan Lubuk Kilangan, sekitar tiga kilometer dari rumahnya.

Ia ingin membeli daging sapi untuk membuat rendang guna menyambut hari pertama bulan Ramadhan 1438 Hijriah, Sabtu.

Di pasar, para ibu sudah ramai di los penjual daging segar, tempat daging sapi dijual dengan harga Rp120 ribu per kilogram.

"Kamarilah buk ko masih segar bantainyo ha" (Ayo kesini ibu-ibu daging sapinya masih segar)," kata seorang penjual daging sambil tak berhenti melayani pembeli.

Pada saat-saat istimewa seperti menyambut bulan Ramadhan, rendang menjadi makanan wajib bagi sebagian besar warga Padang.

"Ini sebagai wujud syukur dan kebahagiaan menyambut hari baik bulan baik," kata Nurlina, ibu tiga anak.

Bagi Nurlina dan kebanyakan warga Padang, hidangan sahur dan berbuka akan kurang lengkap tanpa rendang di meja makan.

"Ada yang kurang kalau tidak membuat rendang di hari pertama, biarlah sedikit mahal asal ada," kata Lita ibu rumah tangga lainnya.

Melani, yang bekerja sebagai pegawai negeri, juga menyempatkan mampir ke pasar untuk membeli bahan rendang sebelum berangkat kerja.

"Menyambut puasa pertama saya selalu memasak rendang, agar makan sahur lebih enak, anak-anak juga suka," kata dia.


Demi Marandang

Usai membeli daging sapi Nurlina berbelanja bumbu rendang, kelapa tua, cabai giling, bawang merah, bawang putih, kemiri, hingga jahe.

Di rumah, dia memasak santan menggunakan api kecil, lalu menambahkan bumbu halus sambil terus mengaduk. Ia terus mengaduk hingga dua jam berlalu, dan santan di kuali berubah warna menjadi kecoklatan dan minyak mulai keluar.

Selanjutnya Nurlina memasukkan potongan daging sapi berukuran sekepalan tangan sembari terus mengaduk. Ketika santan mengental dan daging sapi matang, masakan itu disebut kalio atau gulai daging kental. Rendang akan dihasilkan setelah campuran bumbu dan daging itu berubah warna menjadi coklat kehitaman.

Memasak rendang cukup melelahkan, tapi Nurlina senang, karena dengan hidangan itu dia akan membuat anggota keluarganya bergembira menyantap rendah saat sahur pertama.

Diana, warga Padang lainnya, juga ingin anaknya yang sedang kuliah di Bandung menikmati rendang saat sahur dan berbuka. Ia menggunakan jasa ekspedisi untuk mengirim satu kilogram rendang buat anaknya.

"Ini sudah rutin, setiap awal Ramadhan anak saya selalu dikirim rendang, biar pun hari pertama puasa tidak bersama, ia bisa makan rendang di rantau," ujar dia.

Tradisi marandang memunculkan pedagang daging sapi musiman. Di beberapa lokasi strategis seperti pinggir jalan di kawasan Pauh, Kuranji, Kalawi, Anduring, Andalas, Parak Gadang, dan Lubuk Begalung bermunculan pedagang daging sapi sehari sebelum Ramadhan.

Salah satu pedagang sapi dadakan di Kuranji, Bayu (30), mengatakan sudah tiga hari berjualan di tepi jalan Kuranji dan sudah menyembeli tiga sapi.

Ia menjual daging sapi dengan harga sama dengan pasar, Rp120 ribu per kilogram.

"Saya sengaja berjualan daging untuk memudahkan masyarakat sehingga tidak perlu ke pasar, apalagi puasa sudah dekat," ujarnya.

Oleh Ikhwan Wahyudi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017