Sidoarjo (ANTARA News) - Mundurnya CV Diana sebagai pengelola katering (ransum makanan) untuk para korban lumpur Lapindo, membuat para pengungsi korban semburan lumpur Lapindo yang bertahan di pengungsian Pasar Baru Porong, Sidoarjo, Jatim, terancam kesulitan mendapatkan makanan.Menurut seorang korban lumpur Lapindo asal Desa Renokenongo, Karyono, yang juga pengungsi di Pasar Baru Porong, para pengungsi dari Desa Renokenongo yang jumlahnya lebih dari 3.000 orang itu kini mengandalkan bahan makanan dari para dermawan, meski itu tidak menjamin karena diperkirakan persediaannya hanya cukup untuk keperluan tiga hari.Menurut Karyono, dengan bahan pangan mentah dari para dermawan tersebut, warga akan mengoptimalkan dapur umum swadaya dengan melibatkan pengungsi ibu-ibu. "Kami sekarang ini sangat tergantung kepada bantuan para dermawan. Stok makanan yang ada tampaknya cukup sampai tiga hari saja. Mudah-mudahan untuk seterusnya cukup dengan adanya bantuan lagi dari para dermawan," ucapnya, berharap. Ia menambahkan bahwa surat pengunduran diri CV Diana itu sudah diterima warga yang kini masih pengungsi dari Camat Porong, Mulyadi. Sementara itu, Koordinator Dapur Umum CV Diana, Imam Karsono menuturkan, mundurnya CV Diana sebagai pengelola ransum makanan untuk pengungsi di Pasar Baru Porong, karena pihaknya keberatan dengan tuntutan warga pengungsi. Ia menjelaskan, ada tiga permintaan warga yang sulit dipenuhi oleh CV Diana, yakni agar proses memasak di dapur umum dikendalikan warga sepenuhnya, sedangkan CV Diana hanya menyediakan bahan mentahnya saja, penentuan menu ditentukan warga sepenuhnya, dan keharusan bagi CV Diana menyediakan rantang stainless steel untuk tempat makanan warga pengungsi. "Kalau semua sudah di`handle` warga, para pekerja CV Diana mau kerja apa ?. Lagipula, untuk penyediaan rantang sangat menyulitkan kami. Dengan tiga ribu lebih warga, berarti kami harus menyediakan paling sedikit enam ribu rantang stainless. Itu sesuatu yang tidak mungkin kami dipenuhi kami," papar Imam yang akrab dipanggil Soni ini. Untuk memecahkan persoalan ini, Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Pemkab Sidoarjo, Hisjam Rosyidi kini sedang mengupayakan negosiasi dengan CV Diana, agar bisa tetap menyajikan ransum makanan pada warga pengungsi setidak-tidaknya hingga Minggu (20/5). Ia menjelaskan, sebenarnya sudah ada tawaran dari Pemkab Sidoarjo dan Lapindo Brantas Inc, agar warga pengungsi memilih sendiri katering untuk mengurus makanan mereka, namun warga menolak. "Ini tidak logis. Pengadaan katering itu sudah ditata dalam sistem yang bagus, kok mau diobrak-abrik. Mereka (pengungsi) itu minta jatah makan seperti di hotel, ya tidak mungkin," tambahnya. Menyinggung mengapa warga tak mau mencari katering sendiri, Karyono mengatakan, warga menyerahkan pemilihan katering untuk menyediakan makanan mentah, kemudian diolah warga tergantung Pemkab Sidoarjo, sesuai kesepakatan antara warga pengungsi dengan Pemkab Sidoarjo. "Itu (pemilihan katering) tanggung jawab Pemkab Sidoarjo. Kami tak mau terjebak pada hal-hal yang nanti menyulitkan kami sendiri ke depan," katanya tanpa bersedia menjelaskan lebih lanjut tentang hal-hal yang akan menyulitkan nanti itu. Polemik soal katering warga pengungsi di Pasar Baru Porong ini dipicu dengan diberikannya nasi bungkus yang tidak layak makan (basi), berbelatung, dan belum matang kepada para pengungsi. Warga yang berasal dari Desa Renokenongo itu, bahkan sempat aksi mogok makan dan mengikat kaki menggunakan rantai hanya untuk mendesakkan tuntutan, agar jatah makan diberikan dalam bentuk uang tunai dan akan dikelola warga secara mandiri.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007