Manila (ANTARA News) - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan pada Rabu bahwa dia akan bertindak keras dalam menghadapi terorisme, dan darurat militer di Pulau Mindanao akan tetap diberlakukan selama satu tahun jika perlu.
Duterte mempersingkat kunjungannya ke Rusia dan mengumumkan darurat militer di wilayah Pulau Mindanao pada Selasa, setelah pertempuran sengit meletus selama penggerebekan tempat persembunyian militan terkait kelompok ISIS.
"Untuk bangsaku yang telah mengalami darurat militer. Ini tidak akan berbeda dengan yang dilakukan Presiden Marcos. Saya akan bertindak keras," kata Duterte di dalam pesawat yang membawanya kembali ke Manila.
"Kalau memang butuh waktu setahun untuk melakukannya maka kami akan melakukannya. Jika ini selesai dalam sebulan, maka saya akan bahagia. Untuk bangsaku, jangan terlalu takut. Saya akan pulang. Saya akan menangani masalah ini segera setelah tiba," kata Duterte, yang merupakan warga asli Mindanao.
Dua tentara dan seorang polisi tewas, dan 12 lainnya terluka saat bentrokan terjadi di Marawi, sebuah kota berpenduduk sekitar 200.000 orang dan mayoritas Muslim, di mana anggota militan Maute mengambil alih bangunan dan membakar sebuah sekolah, sebuah gereja dan fasilitas penahanan.
Filipina pernah mengalami masa darurat militer di bawah pemerintahan diktator Ferdinand Marcos sejak awal 1970-an dan kenangan kampanye untuk memulihkan demokrasi serta melindungi hak asasi manusia masih segar di benak banyak orang.
Militer menyatakan mereka optimistis bisa mengakhiri konflik lebih cepat.
Penggerebekan Selasa ditujukan untuk menangkap Isnilon Hapilon, pemimpin kelompok Abu Sayyaf yang diketahui melakukan aksi pembajakan dan penculikan serta pemenggalan kepala warga Barat. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah menawarkan hadiah hingga 5 juta dolar AS untuk menangkap Hapilon.
Kelompok Maute dan Abu Sayyaf telah mengikrarkan janji setia kepada kelompok ISIS, dan telah terbukti menjadi lawan garang militer saat Duterte berusaha menghancurkan para ekstremis, demikian menurut warta kantor berita Reuters. (T.KR-AMQ)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017