"Kami sudah jenuh karena aktivitas di sini tidak sama jika tinggal di rumah sendiri," kata Atih (45) pengungsi yang tinggal di Gedung Islamic Centre, Garut Kota, Rabu.
Ia menuturkan, sudah hampir delapan bulan menempati ruangan berukuran 4x6 meter bersama suami dan empat anaknya di sebuah gedung.
Atih bersama ratusan pengungsi lainnya belum mengetahui sampai kapan bertahan di tempat pengungsian, maupun pindah ke rumah baru yang dibangun pemerintah.
"Sampai sekarang belum tahu kapan pindahnya, belum ada kepastian," kata warga Kikisik, Desa Sukakarya, Kecamatan Tarogong Kidul daerah yang terdampak banjir luapan Sungai Cimanuk.
Ia menyampaikan harapan bantuan rumah, karena rumahnya rusak diterjang banjir, bahkan harta berharga lainnya juga hanyut terbawa banjir.
Atih bersama keluarganya tidak punya pilihan untuk menghilangkan kejenuhan, selain tetap bertahan di tempat pengungsian.
"Kalau punya rumah sendiri lebih nyaman menatanya, ke toilet juga tidak perlu antre seperti sekarang," katanya.
Pengungsi lainnya, Uyu (40) warga Cimacan, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul mengharapkan pemerintah segera menyelesaikan rumah untuk pengungsi.
Ia bersama satu anaknya sudah merasakan kejenuhan tinggal di tempat pengungsian sehingga berharap bantuan rumah dapat segera diselesaikan.
"Ingin cepat pindah, menempati rumah sendiri, karena suasana di pengungsian kurang nyaman," kata Uyu yang kehilangan anak dan istrinya akibat bencana banjir itu.
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017