New York (ANTARA News) - Dua warga negara Indonesia korban penyekapan dan penyiksaan oleh majikannya, Samirah dan Enung (sebelumnya nama Enung oleh media AS disebut 'Nona'), masih berada dalam perawatan rumah sakit di New York dan dijaga ketat pihak keamanan. Samirah dan Enung tidak diperkenankan untuk ditemui oleh siapa pun dan pihak rumah sakit sendiri menolak memberikan keterangan menyangkut keberadaan keduanya. ANTARA yang mendatangi RS Nassau University pada Rabu siang untuk mencari keterangan tentang Samirah dan Enung, ditemui oleh pejabat Departemen Hukum, Mark S Brody, yang mengatakan pihak rumah sakit mendapat perintah dari Kantor Kejaksaan Long Island, Nassau County, untuk tidak memberikan keterangan apa pun kepada media massa. RS Nassau University di Nassau County, sekitar 50 kilometer dari kota New York, adalah tempat Samirah dan Enung -- sejak kedua WNI itu ditemukan pada Minggu (13/5) -- mendapatkan perawatan medis. Brody menolak menjawab pertanyaan apakah Samirah dan Enung masih berada di RS Nassau University maupun pertanyaan tentang kondisi keduanya. Ia hanya mengatakan kantor jaksa penuntut masih belum membolehkan 'pihak ketiga' menemui kedua WNI, karena keduanya merupakan saksi untuk kasus kejahatan yang ditengarai dilakukan oleh majikan mereka. Sementara itu, Asisten Jaksa Penuntut Long Island-Nassau, Mark Lesko, saat ditanya ANTARA juga menolak memberikan keterangan di luar masalah tuduhan yang akan dikenakan terhadap majikan Samirah dan Enung, yaitu pasangan suami isteri Mahender Murlidhar Sabhnani (51) dan Varsha Maender Sabhnani (45). "Dengan alasan kerahasiaan pribadi (privacy), saya tidak bisa bicara soal aspek kesehatan dalam kasus ini," ujarnya. Yang pasti, baik Brody maupun Lesko, menekankan bahwa dua perempuan WNI yang mereka tangani telah mendapatkan perawatan medis terbaik. Lesko juga menuturkan pasangan Sabhnani akan didakwa atas tindakan perbudakan dan mempekerjakan Samirah dan Enung `dengan menggunakan ancaman atau menyakiti secara fisik` serta melarang kedua pembantu rumah tangganya itu ke luar rumah selama bertahun-tahun. Satu-satunya pihak yang diperbolehkan menemui Samirah adalah Konsul Jenderal RI untuk New York, Trie Edi Mulyani, yang pada Rabu pagi hingga sore hari diketahui berada di RS Nassau University dalam upaya mendapatkan akses untuk menemui Samirah dan Enung. Satu hari sebelumnya, yaitu Selasa (15/5), pejabat bidang konsuler KJRI-New York yang mendatangi Nassau University Medical Center tidak diberi izin oleh pihak RS untuk menengok Samirah dan Enung yang sedang dirawat di RS tersebut. Mulai membaik Ketika dihubungi ANTARA, Trie Edi Mulyani membenarkan bahwa ia telah menemui kedua pasien namun belum sempat bercakap-cakap. "Saya belum bisa menanyai mereka, karena ketika tadi akhirnya saya bisa temui, dua-duanya sedang tidur lelap, mukanya terlihat sangat lelah," kata Trie. Ia mengatakan Samirah dan Enung dalam keadaan baik dan sudah tidak terlihat lagi tanda-tanda bekas penyiksaan di tubuh mereka. Menurut informasi yang dikumpulkan ANTARA dari berbagai sumber, Samirah dan Enung sudah dapat meninggalkan rumah sakit dalam satu atau dua hari mendatang. Kemudian mereka akan dipindahkan ke sebuah rumah di bawah pengawasan gugus tugas Departemen Kehakiman AS yang menangani masalah penyelundupan manusia. Pasangan Sabhnani yang disebut media massa AS sebagai multi jutawan yang memiliki bisnis internasional di bidang parfum dan dikendalikan dari kediaman mereka di kawasan elit Muttontown, Long Island, sejak Minggu hingga Rabu masih ditahan oleh polisi dan kemungkinan diancam hukuman penjara selama 17 hingga 22 tahun. Menurut pemantauan di lapangan, kediaman pasangan Sabhnani yang terletak di Jalan Coachman Place East No 205 maupun kompleks rumah mewah di Muttontown sendiri pada Rabu sepi, nyaris tidak terlihat warga yang berada di luar rumah. Salah satu warga yang tinggal di kompleks Muttontown, Phyllis Danzig, yang ditanyai ANTARA mengaku sudah mendengar kasus penyekapan dan penyiksaan seperti yang diberitakan oleh berbagai media massa AS. "Tapi saya tidak kenal mereka ini (pasangan Sabhanani, red)," katanya. Rumah Sabhnani, kendati terlihat sepi, di halaman sampingnya terlihat tiga mobil diparkir, yaitu Mercedes Benz 550, Cadillac Escalade dan Toyota SUV, semuanya berwarna hitam. Kompleks Muttontown terletak sekitar 23 kilometer dari RS Nassau University. Tak mengira Jaksa penuntut umum yang bersama-sama Mark Lesko menangani kasus penyekapan dan penyiksaan Samirah dan Enung, seperti dikutip Newsday.com mengatakan "Tidak ada yang mengira bahwa ada manusia yang dibawa ke Amerika Serikat dan dipekerjakan sebagai budak, dipukuli, disiksa di kediaman yang indah di sini, di salah satu kompleks paling eksklusif di Long Island". Menurut dokumen pengadilan yang dikeluarkan kantor kejaksaan federal, salah satu dari dua perempuan Indonesia yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga Sabhnani mengalami pemukulan dengan tongkat, disayat atau dibeset dengan pisau, dan pada suatu ketika dipaksa untuk memakan '25 cabai yang sangat pedas'. Pihak berwenang seperti yang dilaporkan media massa AS, juga mengungkapkan bahwa kedua perempuan Indonesia mengalami pemukulan, disiram dengan air panas, dipaksa naik dan turun tangga sebagai hukuman, serta dipaksa mandi selama 30 kali dalam waktu tiga jam. Kasus penyekapan dan penyiksaan tersebut mulai terungkap ketika Samirah pada Minggu pagi ditemukan oleh karyawan Dunkin Donuts tengah mondar-mandir di depan kedai kopi yang berada di kawasan Syosset, sekitar 1,3 kilometer dari rumah majikannya di Muttontown. Kepada manajer Dunkin Donuts Adrian Mohammed -- yang kemudian memberinya jaket, donat, bagel, dan uang -- sempat memperlihatkan bekas-bekas penyiksaan ditubuhnya, seperti sisa siram air panas di tangannya serta bekas sobekan pisau di kulit telinga. Adrian kemudian memanggil polisi yang tak lama kemudian beserta ambulans datang membawa Samirah ke rumah sakit sementara Enung ditemukan kemudian setelah pihak berwenang mengadakan penggeledahan terhadap rumah Sabhnani pada hari yang sama. (*)

Copyright © ANTARA 2007