"Tema cinta dipilih dalam pameran ini karena para seniman melihat keadaan Indonesia akhir-akhir ini yang gontok-gontokan," kata pemilik Padepokan Apel Watoe Borobudur Dedy PAW saat pembukaan pameran tersebut di Borobudur, Selasa (23/5) malam.
Pameran karya mereka dengan kurator dari Yogyakarta, Wahyudin itu, ujarnya sebagai wujud keprihatinan para pelukis atas situasi kehidupan berbangsa dan bernegara akhir-akhir ini.
Mereka yang pameran bersama itu, antara lain berasal dari kawasan Candi Borobudur, Kota Magelang, Yogyakarta, Bali, Bandung, Wonosobo, Jakarta, dan Semarang.
Ia mengatakan para perupa melalui teknik dan gaya bahasa seni rupa masing-masing berbicara tentang cinta kepada apa dan siapa saja, baik yang bersifat abstrak maupun konkret.
"Tentang ketuhanan, tentang nasionalisme, kebenaran, manusia, tumbuhan, satwa. Mereka tidak hanya berbicara tentang jagat percintaan yang romantis, tetapi pemahaman yang luas tentang cinta," ujar Dedy PAD yang juga pelukis tersebut.
Pada kesempatan itu, Dedy juga mengatakan bahwa melalui pameran itu terjadi pertemuan para seniman setempat dengan mereka dari berbagai kota lainnya di Indonesia, guna memperkuat semangat mereka dalam berkarya seni pada masa mendatang.
"Intinya bisa saling memberikan inspirasi dan mengembangkan jaringan, guna merangsang lahirnya karya-karya baru. Berbagi antarseniman," ujarnya.
Sejumlah karya mereka, antara lain berjudul "Looking to The Future" (Antonius Kho), "Back to The Glory" (Cipto Purnomo), "Worker" (F. Sigit Santoso), "Hidup Bermula dari Mimpi#2" (Hatmojo), "Pasangan" (Hedi Hariyanto), "Earth Song" (Ismanto Wahyudi), "Ia Mengatakan Jalan Spirit" (Ivan Sagita), "Tombo Ati" (Jati Wegig Munandar), "Evolusi" (Klowor Waldiyono), "Flower of Peace" (Nahla Ali), dan "Cinta itu Perjalanan Absurd" (Noor Ibrahim),
Kolektor lukisan yang juga pemilik Museum OHD Kota Magelang Oei Hong Djien mengatakan perkembangan seni rupa tidak lepas dari pesatnya kemajuan teknologi informasi dan media sosial pada era kesejagatan ini.
Kualitas karya seni, ujarnya, tetap harus mendapatkan perhatian para seniman, sedangkan para seniman kontemporer perlu menyisipkan budaya lokal dalam karyanya.
Ia mengatakan para perupa tetap harus memerlukan diri hadir dalam berbagai kegiatan seni di berbagai tempat guna mengetahui perkembangan dunia seni.
"Kita perlu selalu mengikuti art event untuk mengikuti perkembangan," katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga menyatakan kekaguman atas Borobudur dengan kawasannya yang saat ini telah mengalami kemajuan yang berarti dalam kegiatan kesenian.
Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017