Jakarta (ANTARA News) - Setelah ditunjuk sebagai ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko makin intensif memperjuangkan nasib petani di Tanah Air. Seperti yang dilakukannya saat mengunjungi Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), kemarin.
Dalam kesempatan itu, Panglima Tani Moeldoko, demikian para anggota HKTI menyebutnya, berdialog dengan para petani di Kecamatan Plampang.
Kedatangan pria asal Kediri, Jawa Timur itu untuk membantu para petani mengatasi berbagai persoalan yang dhadapi. Misalnya, persoalan pupuk, air, bantuan peralatan pertanian, produksi hingga harga hasil panen.
“HKTI telah membangun strategi dan membangun kerja sama dengan PT M Tani agar petani bisa sejahtera serta tidak terlilit persoalan. Petani Indonesia, khususnya Sumbawa harus sejahtera,†kata Moeldoko dalam rilisnya di Jakarta, Selasa.
Dia menambahkan, pihaknya akan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengatasi harga yang kerap anjlok setiap musim panen.
Moeldoko juga berjanji menyampaikan kesulitan air yang dihadapi petani kepada menteri.
“Ini kesempatan yang sangat bagus. Ketika pemerintah tidak pro-petani maka HKTI siap memperjuangkan masalah yang dihadapi petani,†kata Panglima Tani Moeldoko lebih lanjut.
Tak hanya itu, HKTI juga akan membantu pemerintah membangun tani semesta.
Harapannya, pulau-pulau besar bisa mandiri sehingga pemerintah segera mewujudkan kedaulatan pangan.
“Kita semua harus mampu menjadi petani yang kaya, memiliki pabrik pupuk sendiri dan teknologi pertanian yang memadai,†ujar peraih bintang Adhi Makayasa 1981 itu.
Sementara itu, perwakilan petani M Ihsan menyambut gembira kedatangan panglimanya.
Dia berharap Moeldoko dan HKTI tidak mengabaikan petani. Sebab, petani memiliki banyak masalah.
Mulai dropping pupuk hingga harga jual yang tidak sesuai hara beli benih.
Dalam kesempatan itu, Moeldoko juga menyerahkan bantuan berupa seribu tas kepada seribu pelajar yang disambut dengan antusias warga setempat.
Pewarta: Tasrief Tarmizi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017