"Nilai tukar rupiah menguat masih merespon sentimen dari kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Standard & Poors (S&P) ke level layak investasi," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa.
Kendati demikian, menurut Rangga Cipta, setelah eforia S&P, fokus pelaku pasar perlahan mulai beralih ke angka inflasi Mei 2017 yang diperkirakan naik. Situasi itu diproyeksikan dapat menahan laju mata uang rupiah terapresiasi lebih tinggi.
Di sisi lain, lanjut dia, tensi politik di dalam negeri yang belum sepenuhnya mereda, juga dipercaya masih memberikan kekhawatiran di pasar keuangan domestik.
Dari eksternal, Rangga mengatakan bahwa sebagian pelaku pasar juga mulai beralih fokus ke notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan dirilis pada pekan ini.
"Notulensi itu akan menjadi petunjuk utama tentang peluang kenaikan suku bunga AS di pertemuan FOMC selanjutnya pada Juni 2017 mendatang," katanya.
Sementara itu,analis Bnaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa sepanjang belum adanya pemberitaan negatif maka potensi rupiah untuk bertahan di area positif masih akan bertahan.
Namun, menurut dia, pelaku pasar diharapkan tetap berhati-hati terhadap potensi pembalikan arah mata uang rupiah mengingat eforia dari S&P yang bisa saja berkurang dalam jangka pendek ini.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017