Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat sebesar 29 poin menjadi Rp13.296, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.325 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin mengatakan bahwa sentimen Standard & Poor's (S&P) yang menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi masih membuka potensi bagi rupiah untuk menguat.
"Potensi rupiah menguat berlanjut dengan sentimen positif dari naiknya peringkat utang Indonesia oleh S&P," katanya.
Ia mengatakan bahwa kenaikan peringkat itu membantu mengurangi persepsi risiko investor global untuk berinvestasi di Indonesia baik investasi portofolio maupuan investasi di sektor riil.
Ia mengemukakan bahwa investor asing di portofolio khususnya di obligasi telah mencatatkan "inflows" sebesar 5,6 miliar dolar AS sejak awal tahun, dengan kemungkinan telah memfaktorkan kenaikan S&P tersebut.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova menambahkan bahwa dolar AS yang cenderung mengalami pelemahan terhadap mayoritas mata uang dunia juga turut menjadi salah satu faktor yang menopang rupiah.
"Harga minyak mentah dunia yang cenderung menguat berimbas positif pada mata uang berbasis komoditas seperti rupiah, situasi itu menambah faktor bagi dolar AS tertahan lajunya," katanya.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada Senin (22/5) sore ini menguat 0,68 persen menjadi 50,67 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,65 persen menjadi 53,96 dolar AS per barel.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.297 dibandingkan hari sebelumnya (Jumat, 19/5) Rp13.410 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017