Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mengusulkan pembuatan peta jalan industri tekstil di Indonesia hingga 25 tahun mendatang, demikian disampaikan Ketua APSyFI Ravi Shankar.
"Potensi investasi dan ekspansi industri tekstil sangat besar kedepan. Sehingga peta jalan ini akan sangat membantu," kata Ravi usai bertemu Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin.
Menurut Ravi, investasi dan ekspansi industri tekstil saat ini masih tertahan, terlebih citra industri tersebut di mata perbankan masih diniliai negatif.
Untuk itu, peta jalan industri tekstil dapat menjadi arahan para calon investor maupun pengusaha untuk mengekspansi bisnisnya di Indonesia.
Dalam menyusun peta jalan tersebut, dibutuhkan studi yang sangat rinci dan jelas, agar tercipta modernisasi industri tekstil nasional dari hulu ke hilir, yang mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Pasalnya, beberapa negara seperti China, Vietnam dan Bangladesh telah memperdalam struktur industri tekstil di negara mereka, di mana mereka mengutamakan manufaktur untuk man-made fibre yang premium bukan lagi kapas.
"Kalau industri ini mau tumbuh, memang nilai tambah harus didorong dari hulu, seperti benang dan kain yang selama ini masih impor," ujarnya.
Dengan peningkatan nilai tambah di dalam negeri, industri ini akan menyumbang devisa negara karena impor akan semakin berkurang.
Untuk itu, tambah Ravi, dibutuhkan peta jalan industri sebagai pedoman pengembangan industri tekstil nasional dari hulu hingga ke hilir.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017