London (ANTARA News) - Pangeran Harry tidak akan dikirim ke Irak, seperti yang telah direncanakan, demikian diumumkan pemimpin Angkatan Darat Inggris, Jendral Sir Richard Dannatt, Rabu. Menurut Dannatt, keputusan itu diambil karena ancaman serius yang dihadapi pangeran tersebut jika dikirim ke Irak selatan, di mana sekitar 7.200 prajurit Inggris ditempatkan. "Setelah kunjungan ke Irak pekan lalu, saya menemukan sejumlah ancaman yang terkait langsung dengan Pangeran Harry, dan mereka yang berada di sekitarnya, dan saya tidak siap dengan risiko itu," kata jendral tersebut dalam sebuah pernyataannya. "Saya tahu Pangeran Harry akan sangat kecewa, dan pasukannya akan merindukan kehadirannya di Irak," kata Dannatt. Sejumlah kelompok gerilya telah mengancam akan membunuh atau menculik pangeran berusia 22 tahun itu, yang berada di urutan ketiga sebagai ahli waris tahta Inggris, setelah Pangeran Charles (ayahnya), dan Pangeran William (kakaknya). Penempatan pasukan dari resimen "the Blues and Royals" telah dimulai di Irak. Harry, seorang perwira berpangkat letnan adalah bagian dari resimen tersebut. Sebelumnya dilaporkan bahwa penempatan Harry di Irak ditunda, agar militer memiliki lebih banyak waktu untuk menilai keadaan di provinsi-provinsi selatan, di mana pangeran tersebut akan menjalankan tugas pengintaian. Harry, komandan kendaraan pengintai lapis baja, telah dijadwalkan dikirim untuk misi enam bulan, dan kedatangannya diusahakan sebisa mungkin yang terakhir, agar militer bisa menilai bahaya dan pasukannya memiliki waktu untuk memperoleh pengalaman tempur sebelum ia tiba, kata laporan-laporan media sebelumnya. Kelompok-kelompok paramiliter Irak telah mengklaim bahwa mereka memiliki informan di barak-barak militer Inggris di Irak yang mengamati perkembangan pangeran Inggris itu, menurut laporan surat kabar Observer. Para pemimpin milisi mengatakan, foto Harry sudah disebarkan di kalangan gerilyawan di daerah di mana pangeran tersebut akan ditempatkan, kata surat kabar itu. Harry akan bertugas bersama pasukan "the Blues and Royals" di provinsi Maysan, Irak selatan, yang dianggap sangat bergolak. Pasukan "the Blues and Royals" adalah resimen Kavaleri tertua Inggris. Dalam beberapa tahun terakhir ini, pasukan itu bertugas di Irlandia utara, perang Falklands (Malvinas) dan bersama PBB di Bosnia pada 1994-1995, demikian laporan DPA. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007