Paris (ANTARA News) - Inovasi pengembangan pembangkit energi terbarukan ke dalam jaringan sistem kelistrikan terus dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi kotor.
Salah satunya dengan memanfaatkan tenaga arus laut lewat turbin arus pasang surut.
Turbin arus pasang surut memanfaatkan energi arus pasang surut laut yang disebabkan oleh interaksi gaya gravitasi bulan dan matahari.
"Keunggulannya merupakan sumber energi bersih yang tak terbatas dan tetap. Selain itu, energi arus pasang surut laut mudah diprediksi, memungkinkan estimasi produksi listrik yang tepat dan sumber energinya tersebar di seluruh dunia," kata CEO Sabella Jean Francois Daviau.
Perusahaan Sabella menjadi perintis tenaga arus laut di Prancis. Perusahaan yang didirikan tahun 2008 itu telah sukses melakukan percobaan dengan prototipe D03 pada tahun 2008 (diameter 3 meter, menghasilkan listrik 350-500 Kilo Watt).
ANTARA News berkesempatan melihat langsung turbin arus pasang surut D10 di Pelabuhan Brest, bagian dari Provinsi Brittany, ujung barat Prancis, Jumat (19/5) waktu setempat, yang telah setahun diuji coba di dalam laut (diangkat dari dalam laut pada Juli 2016 untuk pengujian lapangan dan pemantauan lingkungan).
Dengan jumlah ahli teknik sebanyak 20 orang, Sabella semakin unggul dengan penyelesaian proyek unjuk kerja di Ushant (Prancis), Sabella D10, yang menjadi turbin pertama yang beroperasi dan terhubung dengan jaringan listrik nasional Prancis dengan memproduksi listrik 70 MWh dari November 2015 sampai Maret 2016.
Dengan hasil dan unjuk kerja yang menjanjikan dari D10, turbin tersebut akan kembali dan tetap berada di selat Fromveur sampai dengan 2019, sebelum implementasi Eussabella pilot farm.
Salah satu ahli teknik dari Sabella, Manunggal Sukendro, menjadi ahli mesin dan satu-satunya pekerja dari Indonesia.
"Turbin Sabella D10 dapat menghasilkan daya maksimal sebesar 1 MW setiap 4m/s, dengan berat 450 ton dan tinggi 17 meter. Putaran turbin sekitar 5-20 putaran per menit, pelan agar tidak membunuh ikan di sekitarnya," jelas Manunggal.
CEO Sabella Jean Francois Daviau dan ahli mesin Sabella Manunggal Sukendro. (ANTARA News/Monalisa)
Menurut Manunggal, teknologi Sabella D10 berbasiskan konsep yang telah teruji dan tervalidasi pada saat proyek unjuk kerja D03, yang kemudian menjadi prinsip teknologi pembeda dari desain SABELLA.
Ia merinci, Turbin Sabella D10 memiliki sumbu horizontal dengan bilah turbin simetris dan tetap serta tanpa penggerak arah turbin sehingga efisien, generator sinkron penggerak langsung dengan magnet permanen, tidak menggunakan komponen lain.
Selain itu, struktur penyangga model gravity-based membuatnya lebih murah. Turbin D10 diletakkan pada kedalaman sekitar 40-60 meter di bawah laut.
Konversi & transformasi listrik di dalam turbin, serta arsitektur sistem secara modular yang memungkinkan pemisahan stabilitas dinamik dan fungsi produksi energi.
Baling-baling dan bulb terbuat dari komposit, Nacelle dan struktur penyangga dari baja, ballasts dari cast-iron, generator dan komponen listrik lainnya.
Relevan untuk Indonesia
Turbin arus pasang surut Sabella D10. (ANTARA News/Monalisa)
Manunggal mengatakan Sabella berupaya untuk mempromosikan model baru penyediaan energi khusus untuk daerah terpencil atau terisolasi di kepulauan atau komunitas di pantai.
"Sehingga sangat relevan untuk dikembangkan di Indonesia yang yang punya banyak pulau yang belum mendapat aliran listrik dan memiliki potensi energi arus pasang surut," kata Manunggal.
"Fenomena alam pergerakan arus dari Samudera Pasifik ke Hindia, disinyalir ada potensi tinggi untuk membangkitkan listrik," tambahnya.
Sejumlah wilayah lain yang potensial antara lain, Selat Lombok, Selat Alas, Selat, Larantuka, Selat Flores, dan Selat Sape.
Di Indonesia, Sabella membentuk sebuah konsorsium MPS Renewable Maritime Energy dengan beberapa perusahaan nasional yakni PT Meindo Elang Indah dan PT Prima Langkah Pratama untuk bersama-sama mengembangkan proyek energi arus laut, menargetkan bisa menghasilkan potensi daya sebesar 1.500 MW.
Turbin yang dapat menghasilkan daya lebih besar juga terus dikembangkan yakni D12 dan D15. Targetnya pada tahun 2020 bisa menghasilkan daya lebh dari 100 MW untuk kebutuhan listrik industri.
Pewarta: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017