Banda Aceh (ANTARA News) - Mantan petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Malik Mahmud menyatakan prihatin aksi teror yang masih terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pasca penandatangan nota kesepahaman (MoU) Helsinki. "Kita prihatin dengan aksi teror yang masih terjadi di Aceh yang hingga saat ini belum diketahui siapa pelakunya," katanya saat berada di kantor Gubernur di Banda Aceh, Rabu. Dia menyatakan, aksi teror seperti pelemparan granat terhadap beberapa kepala daerah di NAD dinilai dapat mengganggu perdamaian yang tercipta pasca ditandatanganinya MoU Helsinki 15 Agustus 2005. Selain itu, teror yang belum juga diketahui pelakunya tersebut dapat memancing kecurigaan terhadap pihak-pihak tertentu yang pernah bertikai selama konflik bersenjata berlangsung di Aceh. Namun dia mengatakan, GAM tetap berkomitmen untuk menjaga perdamaian di provinsi berjuluk Serambi mekah itu setelah bersusah payah dicapai lebih dari 30 tahun melalui MoU Helsinki. "GAM selalu berkomitmen untuk menghindarkan segala permasalahan setelah MoU," katanya. Terkait kunjungan delegasi militer Amerika Serikat ke Aceh, dia mengatakan para petinggi militer AS itu senang melihat perkembangan perdamaian yang diharapkan bisa menjadi contoh untuk daerah lain yang didera konflik.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007