Singapura (ANTARA News) - Harga saham di bursa-bursa efek Asia cenderung stagnan, sebaliknya nilai kurs dolar AS relatif menguat karena didorong performa data ekonomi AS yang membaik sekalipun terjadi turbulensi politik seputar Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Indeks patokan MSCI untuk seluruh bursa saham Asia Pasifik di luar bursa efek Tokyo, Jepang, tergelincir 0,1 persen menuju kecenderungan terpangkas 0,5 persen.

Sebaliknya indeks Nikkei Jepang terangkat 0,15 persen pada awal perdagangan saham hari ini setelah terjerembab kepada penurunan terendah dalam sepekan 1,8 persen.

Indeks saham China juga naik 0,1 persen, dan demikian pula Hang Seng Hong Kong yang menguat 0,2 persen.

"Kecenderungan yang kami lihat dari pasar Asia pagi ini adalah salah satu performa seimbang (mixed)," kata Jingyi Pan, pakar strategi pasar dari IG Singapura.

"Para investor Asia lebih memilih menyimpang dari sisi hati-hati, terutama karena berbagai risiko akibat beberapa peristiwa sepekan ke depan," sambung dia seperti dikutip Reuters.

Di antara peristiwa yang diperhatian pasar adalah testimoni mantan direktur FBI James Comey dalam dengar pendapat di Senat pekan depan dan pertemuan OPEC di Wina.

Langkah Trump memecat Comey pekan lalu telah memicu gelombang politik yang tumpah ruah ke pasar modal sehingga Wall Street mengalami tekanan jual paling hebat pada delapan bulan terakhir.

Departemen Kehakiman telah memilih mantan direktur FBI Robert Mueller sebagai kepala penyelidikan dugaan persongkolan Rusia dengan tim kampanye Trump pada Pemilu 2016. Langkah ini sedikit menenangkan Wall Street.

Pada penutupan terakhir Kamis waktu AS, indeks Dow Jones beringsut naik 0,3 persen, demikian pula S&P dan Nasdaq yang masing-masing terkerek 0,4 dan 0,7 persen.


Baca juga: (Kontroversi Trump seret turun saham-saham AS)

Baca juga: (Saham-saham AS berbalik naik setelah aksi jual terbesar tahun ini)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017