Meski demikian, Ketua Pelaksana Festival Jakarta Great Sale 2017 Ellen Hidayat mengaku optimistis bahwa online shop tidak mempengaruhi pendapatan retail offline, terlebih dalam festival belanja yang akan digelar pada 2 Juni hingga 2 Juli itu.
"Porsi online saat ini hanya 10 persen, memang terlihat banyak karena didengungkan," ujar dia.
"Online Indonesia beda dengan luar negeri. Karena kesibukan, lifestyle dan culture mereka memilih belanja online, tapi tidak dengan Indonesia," lanjut dia.
Lebih lanjut, Ellen mengatakan kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka kopi darat bertemu untuk reuni atau sekedar arisan menjadi alasan kuat mengapa pusat perbelanjaan dan retailer offline masih bisa bertahan.
"Selain itu, banyak kliner muncul dengan kekiniannya. Kalau via Gojek foto jelek, kalau masuk resto bisa foto selfie bersama teman-teman," kata Ellen.
"Fenomena ini agak bergeser sekarang pusat belanja mulai menata diri bagaimana tidak terlalu digrogoti oleh bisnis online karena entertainment, kuliner, tidak bisa digantikan," sambung dia.
Tidak hanya itu, kelebihan lain belanja offline, menurut Ellen, dapat menyentuh konsumen secara langsung untuk merasakan experience berbelanja.
"Belum ada standar ukuran menjadi kelemahan online di bidang fesyen. Oleh karena itu, bisnis offline retailer dan pusat belanja masih akan berjaya di Indonesia," ujar Ellen.
Festival Jakarta Great Sale 2017 diharap mampu menaikan traffic pengunjung sekitar 40 persen. Bahkan, tidak sedikit pusat perbelanjaan yang terlibat dalam program Midnight Sale tahun lalu medapat kenaikan limpahan pengunjung hingga 70 sampai 80 persen.
"Tergantung lokasi pusat belanja. Saat liburan Idul Fitri, pusat belanja di area sekitar perkantoran tidak terlalu signifikan, sementara pusat belanja di perumahan umumnya diserbu karena banyak keluarga yang merasakan kesbukan rumah tangga akibat ditingga asisten rumah tannga," kata Ellen.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017