Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah delapan poin menjadi Rp13.308 per dolar AS setelah sebelumnya berada pada posisi Rp13.300 per dolar AS.
"Harga minyak mentah dunia yang masih rentan terhadap pelemahan membuat pergerakan rupiah cenderung tertahan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, euforia kesepakatan perpanjangan pemangkasan produksi antara Arab Saudi dengan Rusia mulai menghilang, perhatian kini kembali beralih ke data persediaan minyak mentah di AS yang cenderung meningkat.
Peningkatan cadangan di AS itu yang membuat harga minyak mentah dunia menjadi rentan pelemahan.
Terpantau, harga minyak mentah dunia jenis WTI pada Rabu (17/5) sore ini berada di posisi 48,70 dolar AS per barel, dan Brent di level 51,85 dolar AS per barel.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa apresiasi dolar AS itu relatif masih terbatas menyusul peluang kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate) yang cenderung mulai memudar di tengah data ekonomi Amerika Serikat yang masih bervariasi.
Sementara itu, Ekonom Bahana Sekuritas Fakhrul Fulvian mengatakan bahwa penurunan defisit transaksi berjalan pada kuartal pertama 2017 ini memberi sinyal positif bagi transaksi berjalan hingga akhir tahun ini.
"Perkembangan itu memberi sinyal positif bagi rupiah untuk kembali menguat ke depannya," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.306 dibandingkan hari sebelumnya (Selasa, 16/5) Rp13.298 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017