Siapa yang kuat, dia yang menang."
Medan (ANTARA News) - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengakui potensi perpecahan selalu ada dan senantiasa mengancam bangsa Indonesia yang terdiri multietnis dan agama.
Dalam dialog pada Rakornas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Asrama Haji Medan, Rabu, Kapolri mengatakan, rakyat Indonesia layak merasa beruntung karena tidak mengalami masalah serius setelah 71 tahun merdeka.
Namun kondisi yang tenang itu tidak boleh dianggap sepele (underestimate) dan mengangap potensi potensi dan ancaman perpecahan tersebut tidak ada.
"Potensi itu ada, baik eksternal mau pun internal," katanya dalam dialog yang dihadiri Gubernur Sumut Erry Nuradi, Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel, dan Ketua Umum IMM Taufan Putra itu.
Dari aspek internal, kata Kapolri, potensi itu muncul karen belu terciptanya pemerataan hasil pembangunan sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Kondisi itu dapat menimbulkan kerawanan, apalagi secara demografi, kehidupan berbangsa di Indonesia masih didominasi masyarakt "low class".
Kemudian, masih kuatnya ketimpangan kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat dengan munculnya perbedaan yang cukup terasa antara yang kaya dan kelompok miskin.
Kondisi itu semakin diperparah dengan adamya perilaku yang memanfaatkan dan memanipulasi demokrasi dengan memanfaatkan kelompok low class tersebut untuk kepetingan elite tertentu.
Sedangkan dari aspek eksternal, ancaman tersebut selalu ada karena politik internasional itu bersifat anarki yakni ketidakteraturan akibat tidak adanya yang mengatur.
Dalam politik anarki tersebut berlaku hukum rimba. "Siapa yang kuat, dia yang menang," katanya.
Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017