Jakarta (ANTARA News) - Indonesia memiliki segudang potensi yang menjadi kekuatan daya saing dengan negara lain. Potensi-potensi tersebut berupa sumber daya alam yang melimpah, tenaga kerja terampil, dan pasar domestik yang terus tumbuh.
Pemerintah juga terus mendukung iklim investasi melalui 12 paket kebijakan ekonomi yang telah digulirkan di samping meningkatkan peran Indonesia di tingkat internasional.
Dukungan pemerintah tersebut membuat Indonesia berhasil masuk menjadi 10 negara dunia yang mencapai peningkatan kemudahan berusaha (Easy of Doing Business/EoDB).
Laporan Bank Dunia yang bertajuk Doing Business 2017: Equal Opportunity mengungkapkan, Indonesia naik 15 peringkat, dari posisi ke-106 menjadi posisi ke-91, pada 2016.
Iklim investasi yang kondusif serta segudang potensi yang dimiliki Indonesia mampu menarik minat para pelaku bisnis dan investasi Italia.
Berdasarkan Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada 2016, investasi Italia ke Indonesia hanya 26,7 juta dolar AS atau menempati peringkat 29 penanaman modal asing.
Pada kuartal I-2017, peringkat Italia naik ke 25 dengan nilai investasi 11,34 juta dolar Amerika Serikat.
Selain itu, Italia berada di posisi 31 untuk penanaman modal asing di Indonesia.
Laporan itu memperlihatkan bahwa investasi Italia ke Indonesia masih kecil padahal hubungan bisnis perdagangan bilateral antara kedua negara sebenarnya telah berlangsung cukup lama.
Presiden Associazione ltalia-ASEAN, Enrico Letta, mengatakan, ketidakpahaman perusahaan Italia terkait peluang investasi menyebabkan investasi Italia ke Indonesia kecil.
Padahal, ia mengatakan Indonesia merupakan partner strategis bagi Italia dalam hubungan bisnis perdagangan.
Untuk mengetahui peluang investasi itu, lanjut Letta, The Italian House-Ambrosetti bekerja sama dengan Associazione Italia-ASEAN menyelenggarakan edisi pertama Pertemuan Tingkat Tinggi Hubungan Ekonomi ASEAN-Italia yang berlangsung pada Senin hingga Selasa (15-16 Mei), di Hotel Shangri La, Jakarta.
Pertemuan yang dihadiri 100 pengusaha Italia itu menghadirkan beberapa pembicara dari unsur pemerintah maupun swasta Indonesia.
Pasca pertemuan, mantan perdana menteri Italia itu menargetkan peningkatan investasi sebesar 10 persen di Indonesia mengingat nilai perdagangan kedua negara tercatat hanya 2,5 miliar dolar Amerika Serikat sepanjang tahun lalu.
Sektor-sektor yang dibidik yaitu penerbangan, infrastruktur, pengolahan makanan, energi dan farmasi. Sektor-sektor itu penting karena bersifat jangka panjang.
Ia mencontohkan investasi energi membutuhkan banyak waktu sampai 20-25 tahun karena banyak hal-hal yang memakan waktu, seperti pengeboran, eksplorasi sampai pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).
Sementara itu, Managing Director Europe & Asia dari Building Energy, Sergio Benocci, mengatakan, Indonesia memiliki pasar yang besar untuk pemanfaatan energi baru terbarukan.
Pemanfaatan energi baru terbarukan harus dikembangkan Indonesia mengingat jumlah populasi negara ini mencapai sekitar 256 juta penduduk.
Indonesia mempunyai sumber energi yang melimpah seperti matahari dan panas bumi yang bisa dimanfaatkan untuk listrik.
Dengan melihat potensi yang ada, Building Energy siap mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia.
Namun ia meminta pemerintah dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif, aturan yang jelas, serta komitmen yang kuat dalam pengembangan energi baru terbarukan dalam jangka panjang.
Sementara itu, Direktur Promosi Sektoral BKPM, Ikmal Lukman, mengatakan, pemerintah terus mengoptimalkan pelayanan satu pintu terpadu untuk mempermudah investor asing menanamkan modalnya di Indonesia.
Ia menjelaskan kepada pelaku bisnis Italia terkait pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) dan layanan one stop service dalam kepengurusan izin investasi di dalam negeri.
Layanan itu mengatur proses perizinan dan memangkas perizinan yang dianggap tidak perlu. PTSP dapat mempercepat proses perizinan. Ia mencontohkan apabila ada izin yang berdasarkan standar operasional dan prosedur memakan waktu 15 hari dapat dipersingkat menjadi 1-3 hari saja.
Melalui layanan-layanan tersebut diharapkan tidak ada lagi keluhan investor terkait perizinan untuk berinvestasi.
Selain itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan total investasi Italia ke Indonesia dapat mencapai 300 juta dolar Amerika Serikat sepanjang 2017.
"Total investasi Italia ke Indonesia yang kami targetkan kira-kira 300 juta dolar Amerika Serikat tahun ini," kata dia.
Ia mengatakan investasi tersebut diperkirakan datang dari berbagai sektor di antaranya pariwisata termasuk perhotelan, industri makanan dan minuman, pakaian hingga energi.
Italia, lanjut dia, kuat di bidang pariwisata dan industri gaya hidup (makanan, minuman, dan pakaian).
Hal itu sejalan dengan fokus pemerintah yang sedang menggalakkan industri pariwisata serta gaya hidup.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, ada 10 destinasi wisata Indonesia yang menjadi prioritas untuk dikembangkan saat ini.
Kesepuluh destinasi wisata itu adalah Kawasan Candi Borobudur (Jawa Tengah), Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Belitung), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Tanjung Lesung (Banten), Bromo, Tengger, Semeru (Jawa Timur), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Pulau Morotai (Maluku Utara), dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur).
Pengembangan 10 destinasi wisata prioritas itu diperkirakan membutuhkan dana sekitar Rp260 triliun.
Sektor pariwisata saat ini berada di urutan keempat dalam perolehan devisa. Data 2014 menunjukkan, minyak dan gas bumi menempati urutan pertama dengan nilai 30,31 miliar dollar AS, disusul batu bara (20,81 miliar dollar AS), minyak kelapa sawit (17,46 miliar dollar AS), dan pariwisata (11,16 miliar dollar AS).
Dalam pengembangan pariwisata di Indonesia, lanjutnya, pemerintah harus membangun infrastruktur untuk menunjang industri tersebut.
Peningkatan infrastruktur pendukung seperti hotel, jalan, transportasi, terminal maupun bandara harus dilakukan oleh pemerintah.
BKPM, lanjutnya, mengundang para pelaku bisnis Italia untuk menanamkan modalnya pada sektor pariwisata.
Pemerintah menetapkan target untuk menarik investasi pada industri pariwisata sebesar 10 miliar dolar AS untuk mengembangkan 10 tujuan wisata pada tahun 2019.
Rencana ini tentu tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan harus ada kerja sama dengan pihak swasta.
Selain itu, lanjutnya, para pengusaha Italia juga berminat untuk berinvestasi di bidang energi terbarukan di wilayah Sumatera maupun Kalimantan.
Investasi tersebut sebesar 28 juta dolar Amerika Serikat di bidang energi terbarukan terutama energi matahari.
Oleh Aziz Kurmala
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017