"Awalnya karena kami prihatin terhadap kondisi masyarakat katena situasi politik," kata ahli arkeologi dan epigrafi Pusat Arkeologi Indonesia Titi Surti Nastiti di Jakarta Selasa.
Titi menyatakan hal itu saat menjadi pembicara pada seminar yang bertemakan "Merajut Kebhinekaan".
Titi menuturkan masyarakat harus kembali mengingatkan nilai budaya dan menelusuri asal-usul kesimpangsiuran informasi agar tidak memecah belah bangsa.
Diungkapkan Titi, saat ini pemahaman masyarakat yang minim terhadap kebhinekaan belum masuk tingkat mengkhawatirkan namun jika tidak diingatkan sejak sekarang maka akan menghilang.
Ahli arkeologi itu menyarankan politik praktis dengan landasan keberagaman harus kembali dimunculkan pada masyarakat.
Terlebih masyarakat saat ini kurang memahami arti Bhineka Tunggal Ika yang muncul sejak jaman prasejarah.
"Bagaimana kita terbentuk dari kebhinekaan dan mungkin sekarang jarang yang memahami seperti itu," ujar Titi.
Selain itu, Titi menganalisa kondisi masyarakat awalnya berdampingan namun saat ini menjadi berhadapan karena kurang saling menghormati.
Pewarta: Taufik Ridwan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017