Dubai (ANTARA News) - Pejabat di ibukota Yaman, Sanaa, yang dikuasai gerakan bersenjata Houthi, awal pekan ini menyatakan negaranya dalam keadaan darurat akibat wabah kolera yang menewaskan ratusan orang.
Kementerian Kesehatan Yaman meminta badan kemanusiaan dan pemberi bantuan ikut mengatasi wabah tersebut dan mencegah bencana belum pernah terjadi di kawasan tersebut, demikian laporan Reuters, mengutip kantor berita Saaba.
Pranata kesehatan sangat parah, menurun akibat perang lebih dari dua tahun, yang juga mengakibatkan jutaan orang mengungsi, dan hal itu tidak dapat diatasi.
Yaman dilanda perang pemberontak Houthi, yang bersekutu dengan Iran, melawan kekuatan gabungan pimpinan Arab Saudi, yang didukung Barat.
Lebih dari 10.000 orang tewas, dan sebagian besar penduduk hampir setiap hari mengalami serangan udara, sejak pertempuran tersebut dimulai.
Hanya beberapa layanan medis yang masih berfungsi dan dua pertiga penduduknya tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman, catat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Epidemi akhir tahun lalu telah berangsur hilang, namun warga Yaman menghadapi wabah kolera akhir-akhir ini sering menjangkit.
Penyakit diare menewaskan 51 orang sejak 27 April, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis, dan 2.752 orang diduga terjangkit. Lima puluh delapan penderita lain terpastikan.
Sanaa menjadi daerah terparah yang dijangkiti oleh wabah, diikuti oleh provinsi Amanat al-Semah, menurut data WHO yang menunjukkan demikian. Kasus tersebut juga telah dilaporkan terdapat di kota besar lain, termasuk Hodeidah, Taiz dan Aden.
WHO mengatakan bahwa 7,6 juta orang tinggal di daerah dengan risiko tinggi penularan kolera.
Sekitar 17 juta dari 26 juta orang di Yaman kurang mendapat makanan memadai dan setidak-tidaknya tiga juta anak-anak kekurangan gizi masuk kategori "bahaya berat", demikian PBB.
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017