tidak ada hal baik dari serangan itu, malah menjadi sumber keprihatinan

Beijing (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin, Senin, menyatakan bahwa dinas intelijen mesti berhati-hati menciptakan software yang nantinya bisa digunakan untuk tujuan-tujuan jahat, merujuk serangan global 'ransomware' yang oleh para peneliti telah mengeksploitasi sebuat tool peretasan yang diciptakan oleh Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA).

Berbicara kepada wartawan di Beijing di mana dia ambil bagian pada sebuah konferensi, Putin mengungkapkan tidak ada kerusakan parah menimpa lembaga-lembaga Rusia, termasuk sistem perbankan dan layanan kesehatan negaranya, yang diakibatkan dari virus komputer bernama WannaCry itu.

"Tetapi secara keseluruhan serangan ini mengkhawatirkan, tidak ada hal baik dari serangan itu, malah menjadi sumber keprihatinan. Terlepas sumber dari ancaman semacam ini, saya yakin kepemimpinan Microsoft sudah jelas mengumumkan bahwa sumber awal virus ini adalah dinas intelijen Amerika Serikat," kata Putin.

"Begitu itu disebarkan, jin-jin semacam ini, khususnya yang diciptakan oleh dinas intelijen, akan kemudian merusak para perancang dan pembuatnya sendiri," kata Putin.

"Untuk itu masalah ini harus segera dirundingkan pada level politik yang serius dan pertahanan perlu berhasil menghadapi fenomena semacam ini."

Putin menegaskan Rusia tidak berada di belakang serangan siber ini.

Sekitar 1.000 komputer Kementerian Dalam Negeri Rusia terkena serangan siber ini, kata juru bicara kementerian ini kepada kantor berita Interfax.

Seorang sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan kementerian itu tidak kehilangan satu pun informasi akibat serangan siber tersebut.

Putin mengaku bahwa tahun lalu Rusia sudah berupaya menjalin kesepakatan dengan pemerintahan AS sebelum Donald Trump untuk bekerjasama pada bidang keamanan siber, namun pemerintahan Washington kala itu mencampakkannya sehingga tidak ada kesepakatan yang berhasil dibuat.

Dalam sebuah posting blog, Minggu, Presiden Microsoft Brad Smith mengungkapkan bahwa para keamanan siber sudah menyimpulkan dengan terang benderang bahwa serangan ransomware yang menimpu jaringan komputer di seluruh dunia, Jumat pekan lalu, menggunakan tool peretasan buatan NSA, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017