Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat, sebelum pengumuman resmi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), sudah memberikan sinyal bahwa NPI akan kembali mencetak surplus, salah satunya karena aliran masuk modal asing yang mencapai Rp106 triliun periode Januari-awal Mei 2017.
"Secara umum NPI kita masih akan surplus dan ini didukung oleh investasi asing langsung dan investasi portofololio," ujar dia.
Indonesia pada 2016 sudah mencetak surplus NPI sebesar 12 miliar dolar AS. Untuk triwulan I 2017, surplus NPI menunjukkan pemutarbalikkan kondisi dibandingkan triwulan I 2016 yang saat itu NPI mencatat defisit 0,3 miliar dolar AS.
Surplus NPI di triwulan perdana 2017 ini juga menopang cadangan devisa Indonesia menjadi 121,8 miliar dolar AS.
NPI merupakan gambaran transaksi yang terjadi antara penduduk Indonesia dengan penduduk warga negara lain. Dalam NPI, terdapat neraca transaksi berjalan (termasuk barang, jasa, pendapatan) serta neraca transaksi modal dan finansial.
Pada triwulan I 2017, berdasarkan data BI, surplus transaksi modal dan finansial sebesar 7,9 miliar dolar AS karena kencangnya aliran masuk modal investasi portofolio pada instrumen berdenominasi rupiah yakni SUN, SPN, dan saham dan adanya penerbitan sukuk global pemerintah.
Surplus transaksi modal dan finansial itu lebih besar dari surplus triwulan IV 2016 yang sebesar 7,6 miliar dolar AS maupun surplus pada triwulan I 2016 yang sebesar 4,2 miliar dolar AS.
Meskipun demikian, lubang neraca transaksi berjalan semakin menganga dengan defisit yang sebesar 2,4 miliar dolar AS atau satu persen Produk Domestik Bruto (PDB) karena meningkat 300 juta dolar AS dari 2,1 miliar dolar AS atau 0,9 persen PDB dari triwulan IV 2016.
Peningkatan defisit transaksi berjalan pada triwulan I 2017 sebagian besar akibat naiknya defisit neraca perdagangan migas yang sebesar 2,1 miliar dolar AS dan pendapatan primer yang defisit 7,4 miliar dolar AS.
Secara umum, Bank Sentral memandang surplus NPI triwulan I 2017 menggambarkan keseimbangan eksternal perekonomian sehingga turut menopang berlanjutnya stabilitas makro ekonomi.
"Bank Indonesia akan terus mewaspadai perkembangan global, khususnya risiko terkait kebijakan bank sentral AS dan faktor geopolitik, yang dapat memengaruhi kinerja neraca pembayaran secara keseluruhan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017