Samarinda (ANTARA News) - Kerusakan hutan merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir yang melanda empat kecamatan di pedalaman Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, dalam dua pekan terakhir. "Pada bulan ini, daerah pedalaman dilanda banjir karena tingginya curah hujan di kawasan itu yang menyebabkan sungai meluap, ditambah kondisi hutan di DAS (Daerah Aliran Sungai) Kelinjau yang cukup memprihatinkan," kata Bupati Kutai Timur Awang Faroek Ishak, ketika dihubungi dari Samarinda, Selasa. Ia menjelaskan bahwa degradasi hutan telah terjadi di DAS Kelinjau terkait dengan gundulnya kondisi hutan akibat adanya ekploitasi dan perambahan di kawasan tersebut. "Saya perkirakan kerusakan di sana mencapai sekitar 10.000 hektare," imbuh dia. Hal tersebut juga menyebabkan sungai-sungai lain, yang masih merupakan cabang sungai Kelinjau, meluap dan membanjiri empat kecamatan di sekitarnya. Daerah tersebut antara lain Kecamatan Telen, Muara Calong, Muara Bengkal, dan Muara Wehea. Ia mengatakan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur tengah menyalurkan bantuan bagi para korban bencana banjir. Sementara itu, warga Desa Nehas Liah Bing di Kecamatan Muara Wehea mengatakan banjir kali ini adalah banjir yang terparah sejak musibah serupa pada 1983. Pasalnya, banjir sudah tiga kali melanda desa sejak awal bulan ini karena meluapanya Sungai Wahau. Dan banjir tidak seperti biasanya yang cepat surut sekitar empat hingga lima hari. "Yang terakhir ini lebih parah daripada yang biasanya karena baru surut hingga seminggu. Hari ini mulai surut sekitar 50 Cm," kata Christ Djoka, seorang warga. Ia mengatakan enam desa di Kecamatan Muara Wehea, termasuk Nehas Liah Bing, terendam dengan ketinggian air sekitar 1,5 meter. Akibatnya aktivitas warga terganggu dan sekolah terpaksa diliburkan. "Warga banyak yang terpaksa berdiam di rumah karena untuk menjangkau rumah lain dan keluar desa hanya bisa menggunakan sampan," kata Chris yang juga penggiat lingkungan dari The Nature Conservancy di Nehas Liah Bing. Ia juga mengatakan masyarakat banyak yang mulai mengalami penyakit kulit antara lain, diare dan penyakit kulit akibat musibah itu. (*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007