"Nilai tukar rupiah kembali bergerak di area positif seiring dengan optimisme pelaku pasar uang terhadap ekonomi nasional yang kondusif," kata Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova di Jakarta, Jumat.
Dalam waktu dekat, ia mengatakan bahwa laporan defisit transaksi berjalan Indonesia triwulan I 2017 akan dirilis, diproyeksikan menurun seiring dengan perbaikan ekonomi nasional.
Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang relatif stabil setelah sempat tertekan juga turut berdampak positif bagi mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada Jumat (12/5) sore ini berada di posisi 47,65 dolar AS per barel, dan Brent Crude di level 50,64 dolar AS per barel.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menambahkan bahwa penguatan mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah masih dibayangi oleh data inflasi Amerika Serikat.
"Jika inflasi AS naik maka membuka potensi The Fed untuk menaikan suku bunga acuannya, situasi itu akan menahan laju rupiah," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.340 dibandingkan hari sebelumnya (Rabu, 10/5) Rp13.355 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017