Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia, berdasarkan Survei Pemantauan Harga hingga pekan kedua Mei 2017, memperkirakan inflasi bulanan pada Mei 2017 sekitar 0,27 persen, sehingga secara tahunan inflasi akan berada pada 4,21 persen (year on year/yoy).
Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat, mengatakan tekanan inflasi yang akan menerpa pada bulan kelima ini perlu diwaspadai, terutama dari komponen harga barang yang bergejolak (volatile food) terutama dari bahan pangan.
Seperti diketahui, pada akhir Mei, Indonesia akan memasuki bulan Ramadhan, dimana akan menjadi momentum laju konsumsi tinggi di masyarakat, terutama untuk kelompok makanan.
"Ada beberapa tekanan inflasi itu dari komoditi seperti bawang putih, kita juga lihat harga daging ayam, telur ayam ada cukup tekanan," ujar Agus.
Di samping volatile food, Agus melihat tekanan harga listrik setelah penyesuaian tarif listrik untuk sebagian pelanggan 900 VA masih akan menekan Indeks Harga Konsumen.
Di sisi lain, tidak semua pergerakan harga bahan pangan menunjukkan inflasi. Untuk komoditas bawang merah, dan cabai, seperti pemantauan BI, masih menujukkan deflasi.
"Saya menyambut baik koordinasi yang dilakukan pemerintah baik pusat maupun daerah. Jadi inflasi kita harapkan selama hari besar keagamaan ini tetap terjaga," ujar dia.
Otoritas moneter ingin menjangkar inflasi di 3-5 persen (yoy) pada tahun ini. Pada April 2017, inflasi bulanan sebesar 0,09 persen (mtm), sedangkan inflasi tahun kalender sebesar 1,28 persen (year to date/ytd) dan tahunan mencapai 4,17 persen (yoy).
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017