Koordinator aksi Refleksi Kebangsaan, Rano Rahma di lokasi mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi bangsa.
"Malam ini adalah refleksi bagi kita sebagai sesama anak bangsa, ini adalah malam keprihatinan kita atas kondisi bangsa yang mulai terkoyak-koyak. Kita hadir di sini atas keprihatinan bersama pada realitas kebangsaan Indonesia yang kita cintai," katanya.
Kepada para peserta, Rano mengajak masyarakat yang hadir berfikir tak hanya sekedar kasus penistaan agama yang telah menvonis Basuki Tjahaja Purnama.
"Saat ini kita bukan untuk membawa kasusnya ke Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Bumi Tambun Bungai Bumi Pancasila yang kita cintai dan banggakan," katanya.
Karena, lanjut dia, teramat pendek jika pemikiran bangsa hanya sampai di sana. Pemikiran haruslah seperti pendiri Republik Indonesia yang jauh kedepan melampaui zamannya.
"Keprihatinan mendalam kita pada rentetan peristiwa berbau SARA pada waktu belakangan menghempaskan kita kembali ke belakang, seolah kita masuk dalam lorong gelap yang entah kapan berakhirnya," katanya.
Dia mengatakan, terlepas dari kasus Basuki Tjahaja Purnama, ikatan kebangsaan harus tetap utuh. Persoalan hukum harus diserahkan semuanya pada jalur dan prosesnya.
"Kita tidak akan mengintervensi perjalanan hukum Ahok yang sedang berjalan, biarkan prosesnya sesuai koridornya," katanya.
Dari pantauan, pada aksi yang digelar mulai pukul 19.00 WIB tersebut turut sebagai peserta tak hanya para generasi muda, bahkan sejumlah orang tua dan anak-anak juga terlibat pada aksi yang dimulai dengan menyalakan lilin tersebut.
Sejumlah aparat kepolisian terpantau mengamankan aksi. Selain bersiaga, sejumlah polisi juga terlihat mengatur dan mengalihkan jalur lalu lintas di sekitar lokasi aksi karena jalan di depan tugu Soekarno tersebut digunakan sebagai tempat parkir.
Meski angin yang bertiup sempat mengombang-ambingkan api lilin yang dinyalakan, para peserta tetap antusias mengikuti acara yang rencananya dilaksanakan dua malam tersebut.
Meski acara tersebut bertajuk "Refleksi Kebangsaan Solidaritas Muda Palangka Raya", namun sejumlah peserta terlihat membawa atribut yang meminta pembebasan Ahok.
Para peserta, serentak juga meneriakkan "Bebaskan Ahok" dan menuntut seluruh proses hukum di Indonesia bebas dari inervensi.
"Saya mengikuti aksi ini dalam rangka memberikan dukungan moral terhadap Ahok. Selain itu agar seluruh warga Indonesia tetap menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan tanpa adanya rasisme dan sentimen agama. NKRI harga mati," kata salah satu peserta aksi Destanto.
Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017