Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menggenjot kontribusi industri terhadap ekonomi nasional, di mana pada kuartal I/2017 sektor industri tumbuh 5,01 persen lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu.


“Industri pengolahan nonmigas memberikan kontribusi mencapai 20 persen pada kuartal pertama ini atau naik dari sebelumnya sebesar 18 persen. Kenaikan yang juga cukup menggembirakan terlihat dari nilai ekspor hingga 22 persen,” kata Airlangga lewat siaran pers di Jakarta, Kamis,

Airlangga menekankan, salah satu peran penting industri manufaktur adalah menciptakan nilai tambah produk. Meskipun terjadi kenaikan impor barang modal dan bahan baku, namun hal itu menunjukkan investasi yang meningkat dan produksi terus berjalan.

“Misalnya, impor kapas untuk mendukung industri tekstil di Indonesia. Perlu diketahui, kapasitas produk pakaian dan sepatu olahraga dalam negeri telah melampaui Tiongkok. Bahkan, 30 persen dari merek Amerika Serikat diproduksi di Indonesia,” ungkapnya.

Di samping itu, ia menyampaikan, kawasan industri bisa menjadi ujung tombak untuk menarik investasi dan melihat perkembangan industri yang ekspansi di Tanah Air.


“Maka, kami juga telah mengumpulkan perusahaan pengelola kawasan industri agar terus meningkatkan pembangunan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung bagi kebutuhan industri,” imbuhnya.

Dalam upaya menjaga pertumbuhan industri nasional yang mulai merangkak naik, diperlukan sinergi kuat antara kementerian dan lembaga terkait.


Hal itu disampaikan Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Gati Wibawaningsih, sehingga langkah Kementerian Perindustrian dapat berjalan baik sesuai program prioritas pemerintah dalam pemerataan ekonomi nasional.

“Sampai saat ini, Kemenperin fokus untuk meningkatkan pengembangan manufaktur, dengan banyak kegiatan strategis yang dilakukan seperti penguatan pendidikan vokasi industri, pendalaman struktur industri, pembinaan kepada industri padat karya berorientasi ekspor, pengembangan industri berbasis sumber daya alam, serta pengembangan perwilayahan industri,” paparnya.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan nonmigas pada triwulan I-2017 tumbuh sebesar 4,71 persen. Capaian tersebut meningkat dibanding pertumbuhan dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 4,51 persen, juga di atas pertumbuhan sepanjang tahun 2016 yang mencapai 4,42 persen.

Bahkan, BPS juga mencatat, industri manufaktur mikro kecil mampu tumbuh sebesar 6,63 persen pada triwulan I-2017. Untuk itu, Kemenperin tengah gencar melakukan pengembangan IKM, terutama melalui pemanfaatan teknologi digital.

“Salah satu program prioritas kami tersebut telah diwujudkan dengan peluncuran program e-Smart IKM dengan tujuan agar memperluas akses pasar serta menjadi showcase produk dalam negeri dan bukan menjadi reseller produk negara lain,” tegas Gati.

Menurutnya, e-commerce saat ini sudah sangat menjamur di Indonesia sehingga menuntut para pelaku usaha dalam negeri perlu memanfaatkan peluang tersebut melalui keterlibatan di program e-Smart IKM untuk memperluas akses informasi dan memasarkan produknya. Dalam upaya pengembangan ekonomi digital ini, diharapkan juga akses pendanaan ikut meningkat.

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, nilai transaksi e-commerce pada tahun 2015 mencapai Rp200 triliun dengan kontribusi produk lokal baru dikisaran lima persen. “Agar tidak mematikan IKM kita karena e-commerce, maka kami memfasilitasi mereka kerja sama dengan marketplace seperti bukalapak, blanja.com, blibli, lazada, dan tokopedia,” ujar Gati.

Tujuan kerja sama tersebut supaya produk IKM dalam negeri diberi kesempatan untuk masuk marketplace sehingga bisa mempermudah ekspor. Selain itu, meningkatkan efektifitas dan efisiensi biaya promosi dan pemasaran, serta mendapatkan program-program pembinaan dari pemerintah.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017