"Dalam menyambut detik-detik Waisak, mari menjaga kebhinekaan yang merupakan realitas bangsa yang tidak dapat dipungkiri," kata dia, pada perayaan Waisak di Candi Sewu, Klaten sebagaimana keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis.
Tri kerukunan beragama sendiri terdiri dari kerukunan intern umat Buddha, antarumat Buddha dengan umat beragama lainnya serta kerukunan umat Buddha dengan pemerintah.
Menurut dia, kebhinekaan suku, ras, budaya, bahasa dan agama adalah bukti nyata kekayaan bangsa Indonesia yang dipersatukan oleh ideologi bangsa, yaitu Pancasila. Meskipun berbeda-beda suku, ras, budaya, bahasa dan agama tetapi masyarakat tetap satu, yaitu bangsa Indonesia yang mengharapkan kemerdekaan, kesejahteraan, kedamaian dan keadilan.
Pemahaman itu, kata dia, merupakan cerminan transformasi diri karena pengetahuan Dharma yang hanya memiliki saturasa, yaitu kebebasan. Lewat hal itu akan mendorong terciptanya kehidupan yang merdeka, sejahtera, damai dan adil.
"Kebhinekaan harus dimaknai melalui pemahaman multikulturalisme dengan berlandaskan pada kekuatan spiritualitas. Memahami kebhinekaan dalam kebersamaan adalah sikap awal menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gagal dalam memahami kebhinekaan akan melahirkan diskriminasi, sektearianisme, radikalisme, terorisme dan perpecahan di dalam NKRI," kata dia.
Dalam menciptakan kerukunan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama seperti dengan senantiasa memiliki perbuatan, ucapan dan pikiran yang didasari cinta kasih, saling berbagi, tidak saling menyakiti serta menghargai segala bentuk perbedaan.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017